Analisa Saham Sektor Consumer MYOR: Kinerja Keuangan, Prospek, dan Valuasi

PT Mayora Indah Tbk ($MYOR) adalah salah satu perusahaan consumer goods terbesar di Indonesia yang bergerak di bidang produksi makanan dan minuman. Berdiri sejak tahun 1977, MYOR terkenal dengan berbagai produk makanan ringan dan minuman instan yang memiliki pangsa pasar kuat di Indonesia dan lebih dari 90 negara lainnya. Produk MYOR meliputi kopi, biskuit, cokelat, wafer, permen, dan produk makanan ringan lainnya yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari konsumen.

Sebagai bagian dari kelompok Mayora Group, perusahaan ini memiliki jaringan distribusi yang luas dan strategi bisnis yang terfokus pada inovasi produk, kualitas, serta pemasaran yang efektif. MYOR mengelola portofolio merek besar seperti Kopiko, Torabika, Roma, dan Beng-Beng, yang sangat dikenal di Indonesia dan sejumlah negara lain. Perusahaan ini memiliki visi untuk terus memperluas pasar ekspor dan mempertahankan posisi terdepan di industri FMCG (Fast-Moving Consumer Goods) Indonesia.

Daftar isi

Update Kinerja Q3 MYOR

Laba Bersih Q3 2024

Pada kuartal ketiga 2024, MYOR melaporkan laba bersih sebesar Rp298 miliar, turun signifikan 63% YoY dan 51% QoQ. Sepanjang sembilan bulan pertama 2024 (9M24), laba bersih tercatat sebesar Rp2 triliun, yang secara tahunan relatif stabil dengan sedikit penurunan 1% YoY. Namun, kinerja laba bersih ini dianggap berada di bawah ekspektasi pasar karena hanya mencapai 60% dari estimasi laba bersih FY24 konsensus.

Penurunan laba bersih pada 3Q24 terutama disebabkan oleh kerugian kurs bersih sebesar Rp257 miliar yang muncul akibat penguatan rupiah terhadap dolar AS, yang mencapai kisaran Rp15.100 per akhir September 2024. MYOR memiliki posisi kas bersih dalam dolar AS sekitar $280 juta per akhir September 2024, sehingga saat rupiah menguat terhadap dolar AS, perusahaan mengalami kerugian kurs yang signifikan.

Kinerja Operasional: Laba Usaha dan Margin Laba Kotor

Dari sisi operasional, MYOR mencatatkan laba usaha sebesar Rp726 miliar di 3Q24, yang turun 31% YoY tetapi naik 5% QoQ. Selama periode 9M24, laba usaha tercatat sebesar Rp2,7 triliun, sedikit menurun 2% YoY dan mencapai 63% dari estimasi FY24 konsensus. Tekanan utama pada laba usaha ini disebabkan oleh:

  1. Penurunan Margin Laba Kotor: Margin laba kotor MYOR turun menjadi 20,5% pada 3Q24 (dibandingkan 3Q23 sebesar 26,9% dan 2Q24 sebesar 23,5%), yang menandai penurunan dalam dua kuartal berturut-turut. Sepanjang 9M24, margin laba kotor turun menjadi 23,9% dibandingkan 26,7% pada periode yang sama tahun lalu.
  2. Kenaikan Opex: Biaya operasional (Opex) meningkat signifikan, terutama di pos biaya umum dan administrasi yang naik 29% YoY dan 15% QoQ. Lonjakan biaya ini terkait dengan penyesuaian upah serta pembukaan dua pabrik baru, yang menyebabkan kenaikan beban gaji hingga 21% YoY.
Baca juga  Analisa Saham AKRA: Rendahnya Pemulihan Kinerja Q3 2024

Penurunan margin laba kotor disebabkan oleh tingginya harga bahan baku utama seperti kokoa dan kopi, yang terus memberi tekanan pada biaya produksi. Mengingat margin laba kotor saat ini berada di bawah target manajemen (minimum 25%), MYOR diperkirakan akan menaikkan harga jual produknya di sisa tahun 2024 untuk meredam dampak kenaikan biaya bahan baku.

Pertumbuhan Pendapatan yang Solid

Meskipun laba bersih mengalami penurunan, pendapatan MYOR tetap menunjukkan performa positif. Pada 3Q24, pendapatan tercatat Rp9,4 triliun, naik 17% YoY dan 26% QoQ, dengan pendapatan kumulatif selama 9M24 mencapai Rp25,6 triliun atau naik 12% YoY. Pertumbuhan ini sesuai dengan panduan manajemen yang memproyeksikan pertumbuhan pendapatan tahunan sekitar 10-12%.

Manajemen MYOR akan mengadakan earnings call pada 5 November 2024 untuk membahas lebih lanjut dinamika margin laba kotor perusahaan dan langkah-langkah yang akan diambil guna meningkatkan profitabilitas.

Prospek Usaha dan Risiko MYOR

Prospek Usaha

  • Strategi Peningkatan Harga Jual: Mengingat tekanan pada margin laba kotor yang terus berlanjut, MYOR diperkirakan akan menaikkan harga jual produk untuk menjaga profitabilitas. Jika strategi ini berhasil, margin laba kotor dapat pulih dan mendukung laba bersih di kuartal mendatang.
  • Ekspansi Pasar Ekspor: MYOR berfokus pada ekspansi pasar internasional sebagai salah satu strategi pertumbuhan utama. Dengan penetrasi yang kuat di lebih dari 90 negara, MYOR diharapkan dapat terus meningkatkan volume penjualan di pasar ekspor, terutama di kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika.
  • Inovasi Produk dan Diversifikasi: Dalam menghadapi persaingan di pasar domestik, MYOR terus berinovasi dengan meluncurkan produk baru yang sesuai dengan tren konsumen. Diversifikasi produk, terutama di segmen kopi dan cokelat, menjadi salah satu kekuatan MYOR untuk mempertahankan loyalitas konsumen.
Baca juga  BEI Akan Kedatangan 7 Calon Emiten Baru Awal 2024

Risiko Usaha

  • Fluktuasi Kurs Mata Uang: Mengingat posisi kas bersih MYOR dalam dolar AS yang besar, fluktuasi kurs menjadi faktor risiko utama. Penguatan rupiah terhadap dolar AS dapat mengakibatkan kerugian kurs, seperti yang terjadi di 3Q24. Di sisi lain, jika dolar AS menguat terhadap rupiah di 4Q24, MYOR berpotensi mengalami pembalikan kerugian kurs.
  • Harga Bahan Baku yang Tinggi: Harga bahan baku seperti kokoa dan kopi yang tetap tinggi dapat terus menekan margin laba kotor. Kenaikan harga bahan baku ini dapat memperbesar biaya produksi, terutama jika MYOR tidak dapat sepenuhnya mengalihkan biaya ini kepada konsumen melalui peningkatan harga jual.
  • Persaingan Pasar: MYOR menghadapi persaingan ketat di sektor consumer goods dari perusahaan domestik dan multinasional. Ketatnya persaingan ini menuntut MYOR untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas produk, agar tetap unggul di pasar.

Valuasi Saham MYOR

Price-to-Earnings Ratio (PER) dan Price-to-Book Value (PBV)

Saham MYOR saat ini diperdagangkan pada Price-to-Earnings (P/E) Ratio yang relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata sektor consumer goods di Indonesia, mencerminkan ekspektasi investor yang tinggi terhadap pertumbuhan perusahaan. PER MYOR saat ini berada di kisaran 20–25 kali, yang dianggap wajar mengingat pertumbuhan pendapatan yang stabil dan potensi pasar internasional yang besar.

Price-to-Book Value (PBV) MYOR berada di kisaran 4-5 kali, yang lebih tinggi dari rata-rata sektor consumer goods. Ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap nilai aset serta ekspektasi atas kinerja jangka panjang perusahaan.

Model Diskon Dividen (DDM)

MYOR dikenal sebagai perusahaan yang konsisten membagikan dividen kepada pemegang saham. Dividen yield MYOR berada di kisaran 2-3%, menjadikannya pilihan yang menarik bagi investor yang mencari pendapatan dari dividen. Berdasarkan Model Diskon Dividen (DDM), valuasi saham MYOR mencerminkan nilai wajar yang cukup kompetitif, dengan proyeksi pertumbuhan dividen yang stabil, didukung oleh fundamental bisnis yang kuat dan arus kas operasional yang sehat.

Baca juga  PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) Bidik Laba Bersih Naik 12-15% di 2024, Ini Strateginya

Kesimpulan

Secara keseluruhan, MYOR menunjukkan kinerja yang solid di sisi pendapatan namun menghadapi tantangan pada margin laba kotor. Prospek pertumbuhan jangka panjang MYOR masih cukup baik, terutama dengan strategi ekspansi pasar internasional dan inovasi produk yang berkelanjutan. Valuasi saham MYOR saat ini menawarkan peluang menarik bagi investor jangka panjang, terutama yang mencari eksposur di sektor consumer goods yang defensif dan memiliki pertumbuhan stabil.

Iklan

Melalui buku ini, Anda akan belajar bagaimana Membangun kekayaan Melalui Investasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *