PT AKR Corporindo Tbk ($AKRA) adalah salah satu perusahaan energi terintegrasi dan distribusi logistik terbesar di Indonesia, yang berfokus pada sektor perdagangan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM), kimia dasar, serta pengelolaan kawasan industri.
Didirikan pada tahun 1960, AKRA terus berkembang hingga memiliki jaringan distribusi yang luas di berbagai daerah strategis di Indonesia dan Asia Tenggara. Melalui kerjasama dengan perusahaan multinasional, AKRA juga mengelola kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), kawasan industri dan pelabuhan terintegrasi yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, yang menjadi salah satu fokus pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Sebagai bagian dari bisnisnya, AKRA mengelola berbagai fasilitas penyimpanan, terminal tanki, dan infrastruktur logistik lainnya untuk memudahkan distribusi BBM, terutama untuk pelanggan di sektor pertambangan, manufaktur, dan transportasi. Selain distribusi BBM dan kimia, pengembangan kawasan industri JIIPE menjadi bagian penting dari strategi diversifikasi AKRA untuk menciptakan sumber pendapatan yang berkelanjutan di masa depan.
Daftar isi
Update Kinerja Q3 AKRA
Pada kuartal ketiga 2024, AKR Corporindo mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 31% YoY menjadi Rp466 miliar, meski terjadi peningkatan 14% QoQ. Sepanjang sembilan bulan pertama 2024 (9M24), laba bersih tercatat sebesar Rp1,5 triliun, turun 14% YoY dan hanya mencapai 52% dari estimasi laba bersih FY24F konsensus. Hasil ini dinilai di bawah ekspektasi, terutama karena penurunan pendapatan yang tajam dan melemahnya margin di beberapa segmen bisnis.
Rendahnya Pemulihan Segmen Perdagangan dan Distribusi
Penurunan laba bersih AKRA pada Q3 2024 dipengaruhi oleh performa yang lemah di segmen Perdagangan dan Distribusi, yang menyumbang 65-75% dari total laba sebelum pajak (PBT) perusahaan. Selama 9M24, PBT segmen ini turun 20% YoY. Penyebab utama penurunan tersebut adalah:
- Penurunan Volume Penjualan BBM: Volume penjualan BBM turun 5% YoY, yang dipicu oleh beberapa masalah operasional, seperti kendala perizinan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pada semester pertama serta tingginya curah hujan di lokasi tambang pelanggan pada Q3 2024.
- Penurunan Margin: Penjualan ke sektor pertambangan, yang biasanya memberikan margin lebih tinggi, mengalami pelemahan, sehingga berdampak pada penurunan margin di segmen ini.
Revisi Target Penjualan Lahan JIIPE
Di sektor kawasan industri, AKRA kembali menurunkan target penjualan lahan di JIIPE. Target penjualan lahan selama 2024 direvisi dari 115 hektar menjadi 100 hektar, setelah penjualan pada 9M24 hanya mencapai 32 hektar atau sekitar 32% dari target baru dan 28% dari target lama. Pada kuartal kedua 2024, target awal sudah diturunkan dari 130 hektar menjadi 115 hektar.
Walaupun volume penjualan lahan di JIIPE meningkat 8% YoY hingga mencapai 32 hektar, laba sebelum pajak dari segmen kawasan industri turun 15% YoY. Penurunan ini disebabkan oleh penyesuaian nilai wajar (fair value adjustment) pada piutang usaha terkait perpanjangan waktu pembayaran dari klien.
Kebijakan Dividen Interim 2024
Pada tahun 2024, AKRA mengumumkan bahwa tidak akan ada pembagian dividen interim kedua. Sebelumnya, perusahaan telah membagikan dividen interim sebesar Rp50 per saham pada Agustus 2024. Pada tahun 2023, AKRA membagikan dua kali dividen interim, yaitu Rp50 per saham pada Agustus 2023 dan Rp25 per saham pada November 2023.
Mengingat kinerja keuangan yang kurang menggembirakan, manajemen merevisi turun target laba bersih 2024 dari proyeksi awal tumbuh 4-7% YoY menjadi -14% YoY, yang berarti laba bersih diperkirakan akan berada di level Rp2,4 triliun (setara dengan laba bersih 2022). Revisi target ini kemungkinan akan berdampak pada penurunan dividend payout ratio untuk tahun buku 2024. Tahun lalu, AKRA mencatatkan payout ratio sebesar 90%, namun kemungkinan besar untuk 2024 akan lebih rendah, mengingat perusahaan masih membutuhkan belanja modal (capex) untuk pembangunan tank terminal di Morowali dan pengembangan kawasan industri JIIPE.
Prospek Bisnis dan Risiko AKRA
Prospek Bisnis
- Pertumbuhan di Sektor Kawasan Industri: Dengan semakin meningkatnya kebutuhan infrastruktur industri di Indonesia, terutama dengan pertumbuhan kawasan industri di luar Jawa, JIIPE memiliki potensi besar untuk terus tumbuh. Keberadaan fasilitas pelabuhan dan berbagai insentif pajak yang ditawarkan di JIIPE bisa menjadi daya tarik bagi investor asing maupun domestik.
- Diversifikasi Bisnis: AKRA terus melakukan diversifikasi bisnis untuk meminimalkan risiko terkait fluktuasi harga BBM dan permintaan sektor pertambangan. Investasi pada terminal tank di Morowali serta pengembangan infrastruktur di JIIPE adalah langkah strategis yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan berulang (recurring income) di masa depan.
- Digitalisasi dan Efisiensi Operasional: Untuk menekan biaya operasional, AKRA telah melakukan beberapa inisiatif digitalisasi dan peningkatan efisiensi dalam operasional distribusi dan perdagangan. Hal ini dapat membantu meningkatkan margin laba bersih dan memperkuat daya saing.
Risiko Bisnis
- Fluktuasi Harga BBM dan Ketergantungan pada Sektor Pertambangan: Sebagian besar pendapatan AKRA berasal dari distribusi BBM, yang sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Penurunan permintaan dari sektor pertambangan juga dapat berdampak negatif, mengingat sektor ini adalah salah satu pelanggan terbesar AKRA dengan margin yang lebih tinggi.
- Perlambatan Penjualan Lahan di JIIPE: Kendala penjualan lahan di JIIPE menunjukkan adanya tantangan dalam menarik investasi baru di kawasan industri ini. Jika penjualan lahan tidak sesuai target, pendapatan dari sektor ini akan terus mengalami tekanan.
- Kebutuhan Belanja Modal (Capex) Tinggi: AKRA membutuhkan capex besar untuk pengembangan JIIPE dan infrastruktur logistik, seperti tank terminal di Morowali. Kebutuhan capex ini dapat mempengaruhi arus kas dan kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen.
Valuasi Saham AKRA
Price-to-Earnings Ratio (PER) dan Price-to-Book Value (PBV)
Valuasi saham AKRA saat ini menunjukkan Price-to-Earnings (P/E) Ratio yang relatif rendah dibandingkan rata-rata industri distribusi energi dan kawasan industri. Penurunan laba bersih diproyeksikan akan mempengaruhi PER, yang saat ini diperkirakan berada pada kisaran 8–10 kali untuk FY24. P/E yang rendah mencerminkan sentimen pasar yang masih menunggu perbaikan kinerja sebelum mengapresiasi harga saham AKRA lebih tinggi.
Price-to-Book Value (PBV) AKRA saat ini berada di kisaran 1,2–1,4 kali, yang cukup menarik bagi investor yang berfokus pada aset tetap dan fundamental perusahaan. PBV yang relatif rendah menunjukkan valuasi aset yang masih undervalued, terutama bagi investor yang optimis terhadap potensi pertumbuhan jangka panjang dari proyek JIIPE dan inisiatif strategis lainnya.
Proyeksi Dividen
AKRA dikenal sebagai perusahaan yang rutin membagikan dividen kepada pemegang saham. Namun, mengingat target laba yang direvisi turun serta kebutuhan capex yang tinggi, dividend payout ratio untuk tahun 2024 diperkirakan lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 90%. Yield dividen AKRA kemungkinan akan berada di kisaran 3-4% tergantung pada hasil kinerja akhir tahun.
Kesimpulan
Kinerja Q3 2024 AKRA menunjukkan rendahnya pemulihan kinerja keuangan yang masih menghadapi tantangan besar, terutama di segmen Perdagangan dan Distribusi serta Kawasan Industri JIIPE. Meski prospek pertumbuhan jangka panjang AKRA masih ada, terutama dengan proyek pengembangan kawasan industri dan infrastruktur logistik, berbagai risiko yang dihadapi perlu menjadi pertimbangan investor.