Apa itu Enterprise Value (Nilai Perusahaan), Cara Menghitung dan Interpretasinya!

Secara sederhana, Enterprise value (EV) adalah penilaian terhadap nilai suatu perusahaan, yang ditentukan dengan menambahkan kapitalisasi pasar dan total utang dikurangi kas perusahaan. Kapitalisasi pasar terdiri dari saham preferensi, saham biasa, dan saham minoritas; Total utang terdiri dari kewajiban jangka pendek dan jangka panjang Perusahaan. Kas terdiri dari kas dan setara kas yang terdapat pada komponen neraca.

Artikel ini akan membahas topik enterprise value (nilai perusahaan) dimana materi ini seringkali ditanyakan dan didhitung ketika kita akan mengambil alih sebuah perusahaan. Nah, kenapa ini menjadi topik yang penting untuk kita ketahui?

Karena pada dasarnya, ketika kita hendak membeli perusahaan (anggap saja beli saham) maka kita juga turut mempertimbangkan market kapitalisasi, saham preferen, hutang (jangka pendek dan jangka panjang) dan kas & setara kas pada komponen neraca. Itulah sesungguhnya komponen yang diperlukan ketika kita hendak menghitung nilai perusahaan. Jadi tidak hanya menghitung kapitalisasi pasar, melainkan juga hutang dan kas perusahaan.

Baca juga: Analisis Dupont.

Oke teman-teman investor, untuk membahas lebih topik ini lebih lanjut kita akan memulainya dari hal-hal berikut, jadi kencangkan ikat pinggang Anda dan siapkan camilan Anda J.

Daftar isi

Definisi Enterprise Value

Investopedia menyatakan bahwa enterprise value sebagai alternatif komprehenship dalam menghitung kapitalisasi pasar perusahaan, hutang perusahaan (jangka pendek dan jangka panjang) dan kas atau setara kas pada neraca perusahaan.

Netsuite.com mendefinisikan enterprise value (nilai perusahaan/EV) sebagai nilai total perusahaan, yang didefinisikan dalam hal pembiayaannya. Termasuk didalamnya harga saham saat ini (kapitalisasi pasar) dan biaya untuk melunasi hutang (hutang bersih, atau hutang dikurangi uang tunai).

Secara teoritis, Kusumajaya, 2011 menyatakan bahwa Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan ditambah nilai pasar hutang. Dengan demikian, penambahan dari jumlah ekuitas perusahaan dengan hutang perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan.

Menurut (Syahyunan, 2015) nilai perusahaan merupakan hasil kerja manajemen dari beberapa dimensi diantaranya adalah arus kas bersih dari keputusan investasi, pertumbuhan dan biaya modal perusahaan.

Dengan demikian, nilai perusahaan (enterprise value) merupakan cerminan kesejahteraan pemegang saham (investor) karena memperhitungkan kapitalisasi pasar (harga saham x jlh saham beredar), hutang (jangka pendek dan jangka panjang) dan mengurangkan kas atau setara kas perusahaan. Secara sederhana EV cukup komprehensif untuk menilai perusahaan termasuk hutang dan kas yang dimiliki perusahaan.

Baca juga: Analisa Fundamental Aspek Kualitatif dan kuantitatif.

Komponen dalam Enterprise Value

Untuk menghitung enterprise value kita membutuhkan beberapa komponen yang terdapat pada laporan keuangan diantaranya:

  1. Kapitalisasi pasar: Nilai total saham biasa dan preferen perusahaan yang beredar
  2. Hutang: Jumlah utang jangka panjang dan jangka pendek
  3. Kewajiban pensiun yang tidak didanai (jika ada): Jumlah modal yang kurang untuk menutupi pembayaran pensiun atau jumlah yang perlu disisihkan perusahaan untuk melakukan pembayaran pensiun dalam rencana yang tidak didanai. Dapat ditambahkan kapitalisasi pasar jika nilai ini ada.
  4. Kepentingan minoritas: Nilai ekuitas anak perusahaan dengan kepemilikan kurang dari 50%. Ini dapat ditambahkan ke kapitalisasi pasar untuk perhitungan EV.
  5. Kas dan setara kas: Jumlah total kas, sertifikat deposito, draft, wesel, kertas komersial, sekuritas yang dapat dipasarkan, dana pasar uang, obligasi pemerintah jangka pendek, atau tagihan Treasury yang dimiliki perusahaan.
Baca juga  Membedah Konsep Dasar Teori Growth Investing dan Aplikasi Dalam Investasi

Untuk komponen yang sederhana, dapat di hitung dari kapitalisasi pasar dan total hutang kemudian mengurangi kas dan setara kas perusahaan, sehingga dapat ditulis rumus sederhananya:

EV = MC + Total Debt – C

MC = Market Capitalization (Kapitalisasi Pasar)

Total Debt = Total Hutang Jangka Pendek dan Jangka Panjang

C = Kas dan Setara Kas serta aset likuid Perusahaan.

Baca juga: Pengertian Analisis Investasi.

Enterprise Value sebagai Kelipatan Penilaian

Nilai perusahaan digunakan sebagai dasar untuk banyak rasio keuangan yang mengukur kinerja perusahaan. Misalnya, kelipatan perusahaan berisi nilai perusahaan. Termasuk didalamnya nilai total perusahaan dari semua sumber dengan ukuran pendapatan operasional yang dihasilkan – pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).

EBITDA mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dan digunakan sebagai alternatif untuk pendapatan sederhana atau laba bersih (dalam beberapa keadaan). EBITDA, bagaimanapun, dapat menyesatkan karena menghilangkan biaya investasi modal seperti properti, pabrik, dan peralatan. Angka lain, EBIT, dapat digunakan sebagai metrik keuangan serupa tanpa kelemahan menghilangkan biaya penyusutan dan amortisasi yang terkait dengan properti, pabrik, dan peralatan.

Perhitungan EBITDA

Secara sederhana, EBITDA dihitung menggunakan rumus berikut:

EBITDA = Laba Bersih + Beban Bunga + Pajak + Depresiasi + Amortisasi

Eterprise Value/EBITDA

Metrik enterprise multiple (EV/EBITDA) digunakan sebagai alat penilaian untuk membandingkan nilai perusahaan dan utangnya dengan pendapatan tunai perusahaan, dikurangi biaya non-tunainya. Akibatnya, ini ideal untuk analis dan investor yang ingin membandingkan perusahaan dalam industri yang sama.

EV/EBITDA berguna dalam beberapa situasi:

Rasio ini mungkin lebih berguna daripada rasio P/E ketika membandingkan perusahaan dengan tingkat leverage keuangan (DFL) yang berbeda.

EBITDA sangat membantu dalam menilai bisnis padat modal dengan tingkat depresiasi dan amortisasi yang tinggi.

EBITDA biasanya positif bahkan ketika laba per saham (EPS) negatif.

EV/EBITDA memiliki beberapa kelemahan:

Jika modal kerja tumbuh, EBITDA akan melebih-lebihkan arus kas dari operasi (CFO atau OCF). Lebih lanjut, langkah ini mengabaikan bagaimana kebijakan pengakuan pendapatan yang berbeda dapat memengaruhi OCF perusahaan.

Karena arus kas bebas ke perusahaan menangkap jumlah belanja modal (Capex), itu lebih kuat terkait dengan teori penilaian daripada EBITDA. EBITDA akan menjadi ukuran yang umumnya memadai jika biaya modal sama dengan biaya depresiasi.

Enterprise Value/Penjualan

Kelipatan lain yang umum digunakan untuk menentukan nilai relatif perusahaan adalah nilai perusahaan terhadap rasio penjualan atau EV/penjualan. EV/Sales dianggap sebagai ukuran yang lebih akurat daripada rasio Harga/Penjualan karena mempertimbangkan nilai dan jumlah utang yang harus dibayar perusahaan di beberapa titik.

Diyakini bahwa semakin rendah kelipatan EV/Sales, semakin menarik—atau undervalued—perusahaan. Rasio EV/Sales bisa negatif ketika kas yang dimiliki oleh perusahaan lebih dari kapitalisasi pasar dan nilai utang. EV/penjualan negatif menyiratkan bahwa perusahaan dapat melunasi semua hutangnya.

Baca juga  Apa itu Analisis DuPont dan Bagaimana Menerapkan Dalam Menganalisis Fundamental Perusahaan?

Nilai Perusahaan vs Kapitalisasi Pasar

Mengapa kapitalisasi pasar tidak mewakili nilai perusahaan dengan benar? Ini meninggalkan banyak faktor penting, seperti hutang perusahaan dan cadangan kas.

Nilai perusahaan adalah modifikasi dari kapitalisasi pasar, karena menggabungkan utang dan uang tunai untuk menentukan nilai perusahaan.

Bagaimana kita menerapkan perhitungan EV?

Misalkan ada dua retoran ayam geprek yang sejenis sebut saja Ayam Geprek ABC dan Ayam Geprek XYZ, memiliki harga saham yang sama sebesar Rp100 per saham. Masing-masing perusahaan memiliki 1 juta saham beredar dengan kapitalisasi pasar Rp100 juta.

Lantas, apa yang bisa membedakan kedua perusahaan Ayam Geprek tersebut?

Ya, Hutang dan Uang Tunai yang akan Mengubah Pandangan

Sekarang, bayangkan Ayam Geprek A memiliki Rp500.000 dalam bentuk tunai dan setara kas dan Rp2,5 juta dalam total hutang. Maka Enterprise Valueya menjadi:

EV = Rp100 juta + Rp2,5 juta  – Rp500.000

EV = RP102 juta

Bayangkan pula Ayam Geprek B memiliki Rp1,5 juta dalam bentuk uang tunai dan total utang Rp2,5 juta, maka enterprise valuenya menjadi:

EV = Rp100 juta + Rp2,5 juta – Rp1,5 juta

EV = Rp101 juta

Nah, ketika sebuah Perusahaan terlihat identik menggunakan penilaian kapitalisasi pasar, akan tetapi memiliki gambaran yang jauh berbeda ketika kita menghitung enterprise value.

Perhitungan diatas tentu tidak dapat kita gunakan sebagai dasar namuns hanya sebagai ilustrasi, sekarang mari kita hitung pada perusahaan yang lebih real dan kompleks.

Contoh #1

Misalnya Perusahaan Bakso ABC sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi Perusahaan Bakso XYZ. Kemudian, berdasarkan rincian keuangan berikut, tentukan nilai pasar XYZ!

Total saham beredar = 1 juta lembar

Harga saham = Rp100 per saham

Nilai pasar utang = Rp20 juta

Kas dan setara kas  = Rp 1,5 juta

Perhitungan:

EV = Kapitalisasi Pasar + Nilai pasar utang – Kas dan setara kas

Kapitalisasi Pasar = Harga Per Saham × Total Saham Yang Beredar

Kapitalisasi Pasar = Rp100 × 1.000.000 = Rp100 juta

EV = Rp100 juta + Rp20 juta – Rp1,5 juta

EV = Rp118,5 juta

Membandingkan nilai Bakso XYZ dengan kapitalisasi pasarnya:

Premium = [(EV – MC) / MC] × 100

Premi = (Rp118,5 juta – Rp100 juta)/Rp100 juta x 100

Premi = 18,5%

Oleh karena itu, berdasarkan EV, harga per saham akan menjadi Rp118,5 (EV/Saham Beredar = Rp118,5 juta/1 juta)

Nilai Perusahaan Bakso XYZ 18,5% lebih tinggi dari kapitalisasi pasarnya. Oleh karena itu, jika Perusahaan Bakso ABC hendak membeli Perusahaan Bakso XYZ, maka akan membayar 18,5% lebih tinggi dari harga saham saat ini. Ini menyiratkan bahwa Perusahaan Bakso ABC akan membayar Rp118,5 per saham untuk membeli Perusahaan Bakso XYZ meskipun harga sahamnya saat ini hanya Rp100 per saham.

Contoh #2

Misalnya Perusahaan Bakso ABC sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi Perusahaan Bakso Enak. Kemudian, berdasarkan rincian keuangan berikut, tentukan nilai pasar Bakso Enak!

Total saham beredar = 1 juta lembar

Harga saham = Rp100 per saham

Nilai pasar utang = Rp10 juta

Baca juga  Membedah Teori Margin Of Safety dan Aplikasi pada Keputusan Investasi

Kas dan setara kas  = Rp 1,5 juta

Perhitungan:

EV = Kapitalisasi Pasar + Nilai pasar utang – Kas dan setara kas

Kapitalisasi Pasar = Harga Per Saham × Total Saham Yang Beredar

Kapitalisasi Pasar = Rp100 × 1.000.000 = Rp100 juta

EV = Rp100 juta + Rp10 juta – Rp1,5 juta

EV = Rp108,5 juta

Membandingkan nilai Bakso XYZ dengan kapitalisasi pasarnya:

Premium = [(EV – MC) / MC] × 100

Premi = (Rp108,5 juta – Rp100 juta)/Rp100 juta x 100

Premi = 8,5%

Oleh karena itu, berdasarkan EV, harga per saham akan menjadi Rp108,5 (EV/Saham Beredar = Rp108,5 juta/1 juta)

Nilai Perusahaan Bakso XYZ 8,5% lebih tinggi dari kapitalisasi pasarnya. Oleh karena itu, jika Perusahaan Bakso ABC hendak membeli Perusahaan Bakso Enak, maka akan membayar 8,5% lebih tinggi dari harga saham saat ini. Ini menyiratkan bahwa Perusahaan Bakso ABC akan membayar Rp108,5 per saham untuk membeli Perusahaan Bakso Enak meskipun harga sahamnya saat ini hanya Rp100 per saham.

Jika direkap dalam sebuah tabel, maka keduanya akan tergambar sebagai berikut:

enterprise value

Jadi, mana perusahaan Bakso yang akan Anda pilih?

Jika disuruh memilih, maka saya lebih memilih untuk membeli (mengakuisisi) perusahaan bakso Enak, karena memiliki risiko hutang yang kecil, premi relatif kecil sehingga jauh lebih murah dibandingkan Perusahaan Bakso ABC. Meskipun demikian, kita belum memiliki informasi tentang tata kelola (GCG) sehingga dari aspek kuantitatif kita bisa saja memilih Bakso Enak, namun ketika berbicara prospek kedepan, maka bisa saja aspek Hutang untuk ekspansi pada Bakso ABC akan menjadi cerah kedepan, sehingga kita perlu perdalam analisa kualitatif.

 

Keterbatasan Metode Enterprise Value

Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, bahwa EV mencakup total utang, tetapi penting untuk mempertimbangkan bagaimana manajemen perusahaan memanfaatkan hutang tersebut. Misalnya, industri padat modal seperti industri minyak dan gas biasanya membawa utang dalam jumlah besar, yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan. Hutang itu bisa saja digunakan untuk membeli pabrik dan peralatan. Akibatnya, EV dapat miring ketika membandingkan perusahaan di seluruh industri.

Hal ini penting untuk dipertimbangkan jika perusahaan yang sedang dilirik sedang mengalami merger atau akuisisi. Ini karena perusahaan pengakuisisi perlu memperhitungkan jumlah utang yang diambilnya dalam merger. Investor dapat menggunakan informasi ini untuk mengevaluasi seperti apa perusahaan yang bergabung di masa depan.

Seperti halnya metrik keuangan apa pun, yang terbaik adalah membandingkan perusahaan dalam industri yang sama untuk lebih memahami bagaimana perusahaan dihargai relatif terhadap perusahaan sejenis dalam satu sektor.

 

Referensi:

  1. https://businessquant.com/enterprise-value-to-market-cap
  2. https://www.netsuite.com/portal/resource/articles/financial-management/enterprise-value.shtml
  3. https://www.investopedia.com/terms/e/enterprisevalue.asp
  4. https://www.wallstreetmojo.com/enterprise-value/#what-is-enterprise-value

Iklan

Melalui buku ini, Anda akan belajar bagaimana Membangun kekayaan Melalui Investasi.

2 Replies to “Apa itu Enterprise Value (Nilai Perusahaan), Cara Menghitung dan Interpretasinya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *