Untuk melengkapi tulisan sebelumnya, saya kali ini akan bahas soal mana yang lebih didahulukan apakah aspek kuantitatif atau justru kualitatif dalam analisa fundamental. Oke, mungkin pertanyaan dalam judul tulisan ini terkesan memaksa ya… ibarat bertanya lebih dulu mana telur atau ayam dan sederet pertanyaan konyol lain yang mungkin bagi orang-orang yang berpengalaman dalam hal investasi akan menjadi bahan tertawaan…
Btw, gak masalah juga sih buat saya karena seberapa besar pun anda menertawakan, yang penting portofolio saya tetap bertumbuh sepanjang tahun 2022 dan semoga berlanjut di tahun-tahun berikutnya… (maaf jika ini temasuk flexing, hanya jadi bahan penyemangat aja.)
Baca: Analisa Fudamental Saham.
Nah, saya seorang tipikal investor yang mencari aman dan tergolong moderate atau bisa juga mengarah ke konservatif dalam memilih saham. Karena saya sadar bahwa kehilangan uang lebih menyakitkan ketimbang take profit di saham…
Namun, akhir-akhir ini saya sangat sering membaca tulisan yang mencerahkan di @stockbit dan juga beberapa website investor seperti @rivankurniawan.com ataupun @teguhhidayat.com serta sederet berita menarik lainnya tentang saham.
Nah, baru-baru ini saya juga getol belajar tentang fundamental analisis terutama aspek kuantitatif dan bedah angka-angka dalam laporan keuangan sembari nyicil belajar model kualitatif.
Saya sadar betul bahwa beban saya sedikit meningkat ketika mempelajari soal kualitatif yang membutuhkan pemahaman lebih, karena sangat tinggi subjektivitas, banyak memunculkan asumsi-asumsi dan sejumlah pertanyaan lain…
Saya selalu teringat kata-kata teman saya yang bekerja di sebuah sekuritas, begini katanya: “Pola dan Pengalaman Investor akan terbentuk dari Market bukan hanya dari Teori” lebih lanjut tambahnya, semakin sering kita membaca berita, semakin sensitif kita terhadap peluang di market dan semakin sering kita membaca dan menganalisis kita akan semakin besa peluang cuan di pasar (market).
Saya sangat setuju dengan pernyataannya… dan kita gak perlu bahas lebih lanjut…
Saya pun semakin sering googling dan mencari metode yang bagus dalam melakukan analisa saham teritama model kualitatif yang sarat akan pemahaman dan sensitifitas terhadap insting seorang investor.
Intinya sih kemauan belajar dan terus belajar akan mengasah kemampuan dalam melakukan analisis.., sampai suatu ketika (saya lupa waktunya kapan) saya menemukan tulisan seorang anak muda di @stickbit.com yang menurut saya layak konsumsi… namanya James Jayadi.
Tulisannya renyah saya yakin orangnya punya pengalaman serta wawasan dalam menganalisis (berpikir kritis) sehingga tulisannya mudah diterima nalar… kalau tulisan saya sih kalah jauh sehingga ini yang memotivasi saya untuk terus belajar.
Sebelum memposting tulisannya, saya sempat berkomunikasi di DM Instagram, dan dia setuju dengan syarat ada Kredit 🙂
Baca: Analisa Saham Pendekatan Kualitatif.
Nah, pada kesempatan kali ini saya akan mengutip tulisan bro @james.jayadi di @stockbit yang mana menurut pemahaman saya sangat mencerahkan…
Seorang anak muda yang aktif membuat tulisan di stockbit dan sekarang tinggal di New Zealand… semoga tulisannya menginspirasi dan mengedukasi kita terutama soal fundamental analisis…
(Tulisan Asli di Stockbit)
Daftar isi
“Luasnya cakupan fundamental analysis”
Di kesempatan kali ini saya rasa ada baiknya bagi kita semua untuk kembali mengerti seberapa luas fundamental analysis yang selama ini kita kenal. Selama ini masih saja banyak teman2 kita yang menganggap fundamental analysis hanyalah sekedar income, asset, liability yang dimana sebenarnya tidak salah, tapi juga bisa di bilang terlalu sempit apabila menganggap fundamental analysis hanya mencakup point2 tersebut.
Di thread kali ini, selain membahas fundamental, saya juga akan menghubungkan bagaimana kira2 wawasan akan fundamental suatu bisnis bisa membantu kita dalam memproyeksi kinerja suatu perusahaan ke depannya.
Thread ini akan di bagi dalam beberapa bagian, yakni:
-Seberapa luas cakupan fundamental?
-Understanding the business
-Catatan tambahan
Sebagai tambahan, seperti format dari tiap thread saya, saya selalu menginfokan bahwasannya saya aktif membahas mengenai makro ekonomi dan juga saham melalui story Instagram saya, bagi yang berkenan, bosa follow Insta saya di bawah ini:
Instagram: @James.Jayadi
Link Insta: https://cutt.ly/006lm4L
Mohon baca hingga akhir!!
Komentar Saya:
Ini merupakan kalimat pembuka yang menurut saya unik, sehingga ketika orang memutuskan untuk membaca lebih lanjut maka opening menjadi penentu, dan tentu saja gaya menulisnya juga santai sehingga mudah untuk dinikmati.
Jika saya memiliki waktu free 1 jam perhari dengan skill menulis seperti ini, saya yakin bisa menulis buku yang bagus dan diterbitkan setiap 3 bulan. Sayangnya level saya belum sampai disitu hahahahaha…
oke kita lanjut ya
“Seberapa luas cakupan fundamental?”
Saya rasa sudah sangatlah lumrah apabila teman2 yang baru belajar jadi seorang investor dan senjatanya adalah fundamental analysis, pastinya ujung2nya bakal bahas ROA, ROE, PER, PBV, EPS, DER, dll…yang notabene ratio2 tersebut mempresentasikan sebagian besar point2 utama dalam laporan keuangan (Misal income, aset, liabilitas, dll).
Pertanyaan pertama, “apakah benar?”
Well harus saya katakan memang benar hal2 tersebut merupakan pondasi dari fundamental analysis, tapi sayangnya, teman2 semua yang mungkin merupakan pemula dan juga yang baru beberapa tahun pengalamannya lupa akan pertanyaan kedua, yakni:
“Apakah fundamental analysis hanya mencakup point2 tersebut?”
Tentu saja jawabannya tidak, fundamental analysis tidak sedangkal itu (Kalau memang fundamental analysis sesederhana itu, saya rasa para fund manager dan financial analyst di investment bank tidak layak di gaji fantastis)
Di saat kita membahas fundamental analysis, maka cakupannya adalah “Segala hal yang memiliki dampak terhadap kinerja perusahaan untuk sekarang dan ke depannya”, contohnya seperti apa? everything.
-Bagaimana iklim investasi di suatu sektor?
-Kondisi makro bagaimana?
-Berapa harga jual acuan tambang perusahaan?
-Berapa volume produksi pabrik perbulan?
-Kebijakan pemerintah seperti apa?
-Demand dari negara pengimpor berapa?
-semua hal yang berhubungan dengan bisnis perusahaan, bisa di anggap sebagian bagian dari data untuk analisa fundamental, dan inilah alasan kenapa anda harus:
“Understand the business and everything that is related to the business”
Di saat teman2 hanya bergantung pada ROA, ROE, EPS, dan lain2 yang notabene mempresentasikan angka2 dari laporan keuangan, yang anda lihat hanyalah data yang sudah berlalu (alias terjadi), jadi bagaimana caranya anda bisa memproyeksi masa depan perusahaan? bagaimana cara untuk tau apakah labanya akan naik atau tidak?
Iya memang benar anda bisa saja melihat trend pertumbuhan laba perusahaan kemudian anda menganggap ke depannya dia akan naik lagi, sayangnya ini termasuk anda investasi modal hope (kepercayaan doang) 😅, terlebih kejadian di masa lalu belum tentu akan terjadi kembali di masa depan. Kenapa belum tentu terjadi lagi? tentu saja banyak faktor, bisa dari memang perusahaannya yg kurang bisa bertumbuh kembali atau juga kondisi external (kondisi makro yang berdampak pada bisnis perusahaan atau sektor perusahaan tersebut).
Jadi bagaimana cara untuk memproyeksi kinerja perusahaan secara proper? mohon baca bagian “Understanding the business”
Komentar
Sebelum lanjut, saya coba komen dan berbagi pengalaman terkait dengan analisa kuantitatif yang saya yakini itu sudah tepat dan saya kategorikan konservatif dengan MOS (margin of safety) hingga 50%… hehehe
Studi kasus adalah transaksi yang saya lakukan pada akhir desember 2022, saya mencoba untuk mereview salah satu saham produsen Formalin (#DPNS), dimana berdasarkan hasil screening bahwa saham ini potensial berdasarkan pertumbuhan (growth) revenue, operating income dan net income QoQ, YTD dan YoY, atau membandingkan 1 tahun dan berpandangan cukup untuk menentukan valuasi.
Setelah dihitung dan bandingkan PER, PBV, teakhir dan rata-rata 5 tahun, sedang terdiskon dan berpotensi naik dengan hasil perhitungan valuasi diangka 950, dimana ketika transaksi harga 396/398, dalam perhitungan valuasi berpotensi naik lebih dari 100% 🙂
Tanpa pikir panjang akhirnya langsung haka, masuk dengan uang dingin sebesar 2 jutaan.
Setelah transksi kurang lebih 1 minggu saya lihat sahamnya juga gak gerak signifikan, volume juga gak terlalu tinggi, saya kemudian searching dan saya tidak menemukan satu berita yang berpotensi sebagai sentimen positif…dan saya mulai ragu juga dengan keputusan pembelian saya…
setelah menunggu sekitar 3 minggu, saya akhirnya take profit sebesar 5%, keputusan take profit dilandari keraguan akan kinerja perusahaan dan benar saya saat ini saat tulisan ini dipost, harga DPNS turn dilevel 388/390. Dalam hari saya merasa selamat, namun ada penyesalan karena saya terlalu gegabah mengambil keputusan beli…yang tergolong FOMO. 🙁
Bermodalkan valuasi metode DCF saya bisa mengambil keputusan, tanpa menganalisa lebih dalam model bisnis perusahaan untuk memproyeksikan prospek kedepan, karena pada dasarnya membeli saham adalah membeli masa depan.
oke, kita lanjutkan ya…
“Understanding the business”
Cara yang paling proper guna memproyeksi kinerja perusahaan ke depannya ya tentu saja dengan benar2 mengerti segala aspek dari bisnis perusahaan tersebut dan juga segala hal yang bisa berdampak pada perusahaan tersebut.
Masih bingung? mungkin saya akan gunakan contoh saja.
Salah satu sektor yang agak gampang2 susah untuk di proyeksi kinerja ke depannya adalah sektor batu bara (hanya contoh)
Di saat anda mempelajari perusahaan batu bara, maka anda harus pelajari perusahaan pilihan anda hingga anda kira2 tau:
-Kalori batu bara yang di miliki perusahaan (menentukan kualitas batu bara)
-Berapa harga ASP? (Harga jual rata2 dari perusahaan dan biasanya di bawah harga batu bara acuan)
-Berapa harga batu bara acuan sekarang?
-Berapa volume batu bara yang di jual dan berapa volume yang akan di jual dalam waktu dkt? (ini modal googling saja sudah ketemu kok)
-Bagaimana kondisi makro?
Dengan asumsi kondisi makro masih ada nya perang dan juga energy shortage, kemudian harga batu bara acuan di 2023 bakal stagnan di harga $250-350/ton, kemudian harga ASP perusahaan batu bara adalah $150/ton, kemudian volume yang di jual kira2 sekitar 3 juta ton, maka kita bisa asumsi kinerja ke depannya bakal kurang lebih:
$150/ton x 3 juta ton = $45,000,000 x Rp 15,000
= Rp 6.75 T
Komentar:
Untuk memproyeksi prospek bisnis kedepan, saya akui saya masih lemah dan sampai sekarang terus belajar bagaimana melakukannya dengan metode yang sederhana.
Saya akui terkadang saya masih kurang sabar dalam menganalisa dan menunggu momentum yang tepat, seharusnya mempelajari secara mendalam tentang sektor dari perusahaan tidak kalah penting.
Misal, belajar tentang apakah sektor perusahaan (misalnya teknologi) akan meningkat tahun depan, bagaimana dengan kebijakan pemerintah serta bagaimana perusahaan kompetitor.
jadi, ada baiknya kita bersabar dalam menganalisa aspek kualitatif, karena secara berkala ini akan melatih tingkat sensitivitas kita terhadap berbagai situasi.
Sejauh yang pernah saya pelajari, ada dua model risk dalam investasi di pasar modal yaitu (1) risiko sistematis (faktor makro ekonomi/ekternal perusahaan, cenderung tidak terkendali semisal perang, bencana alam, atau yang baru-baru kita lewati yaitu Pandemi) dan (2) Risiko tak sistematis (bisa dikendalikan karena merupakan bagian Internal Perusahaan).
Baik, sekarang waktunya back to Laptop…
Oh perlu di ketahui, contoh di atas (maksudnya dibagian atas yang dicetak miring) HANYALAH contoh dengan menggunakan angka fiktif dan juga contoh yang sangat2 simple (Saya memilih untuk tidak menggunakan contoh kasus yang jauh lebih complicated dan lebih detail karna thread ini akan menjadi terlalu luas). Saya harap pengertiannya.
Di sisi lain, bagaimana dengan perusahaan non-batu bara? contohnya saja rokok ($WIIM), banking ($BBCA), nikel ($HRUM, $INCO) dan lain2? well ini menjadi PR bagi teman2 buat benar2 mempelajari bisnis perusahaan dan segala hal yang memiliki dampak kepada bisnis tersebut.
Intinya hanya 1:
“Understand the business and everything that is related to the business”
Berikut ini adalah contoh tulisan James di tread lain di @stockbit boleh juga disimak:
-“The power of understanding the business”
https://stockbit.com/post/9456992
-“Fundamental is Dead? Bullshit”
https://stockbit.com/post/9522589
Source:
https://stockbit.com/post/10455694
Komentar:
Gimana teman-teman, mestinya ketika Anda sampai di bagian ini saya pastikan sudah selesai membaca tulisan dari James bukan? Semoga ya… jangan di skip-skip 🙂
Saya harus akui bahwa pemahaman tentang bisnis perusahaan adalah pembelajaran jangka menengah hingga panjang dan tentu saja perlu latihan.
Saat ini saya mencoba mempelajari dan mencari informasi dari berbagai sumber serta mulai rajin membandingkan dan mengulik bisnis perusahaan secara mendalam versi saya. Saya mulai mengecek bisnis model, kekuatan brand perusahaan, apakah perusahaan termasuk pemimpin pasar sehingga sulit untuk dikalahkan pesaing, bagaimana dengan kompetensi manajemen perusahaan, saham kepemilikan asing dan masyarakat serta berita yang menjadi sentimen perusahaan.
Nah, yang sering kali dilakukan oleh investor newbie seperti saya adalah berfokus pada valuasi ketika melakukan analisa saham misalnya PER dan PBV rendah dari rata-rata 5 tahun sudah dianggap diskon, atau kondisi perusahaan yang terus profit dan bagi deviden juga tak luput dari pengecekan.
Tetapi pernahkan kita mempelajari tentang bagaimana perusahaan menghasilkan keuntungan (profit), bagaimana tentang tata kelola perusahaan, bagaimana tentang prospek usaha perusahaan dan seberapa yakin kita akan kemampuan perusahaan akan tetap sustainable?
Karena kinerja dimasa lalu gak cukup untuk membantu perusahaan profit dimasa depan, ada yang namanya risiko sistematis (risiko diluar kendali perusahaan) termasuk iklim usaha dalam sektor perusahaan tersebut.
Kita seringkali mendengar BEI merombak ulang susukan perusahaan yang keluar masuk indeks terpopuler dan menjadi acuan yaitu LQ45 ataupun IDX30 di Bursa saham Indonesia.
Kita juga sudah sering melihat dan mendengar bahwa dalam 10 tahun terakhir komposisi perusahaan yang mengisi 10 top market caps selalu mengalami perbahan komposisi dan itu hal yang sangat lumrah (biasa aja sih).
Jadi, apa yang penting untuk kita lakukan?
Dalam berinvestasi, kita membeli masa depan dengan mengacu pada data historis dimasa lalu, mempelajari apa yang bisa dilakukan perusahaan sekarang dan nanti, karena secara teoritis kinerja perusahaan akan berbanding lurus dengan harga saham.
Jadi seberapa penting bagi kita untuk mempelajari aspek kuantitatif dan kualitatif?
Menurut saya, yang pertama kita lakukan adalah mengulik lebih dalam tentang aspek kualitatif baik itu melalui berita, public exposed, persentasi perusahaan, mempelajari kondisi ekonomi secara makro (risiko sistemtis), mengenali serta memahami kekuatan brand perusahaan dan mempelajari model bisnis (memahami bisnis perusahaan).
Ringkasnya kita perlu mempelajari story dibalik prospek perusahaan karena itu akan membantu kita dalam menemukan perusahaan yang cocok untuk berinvestasi.
Saya rasa demikian dulu komentar dari saya, semoga bermanfaat.