Apa Saja Teori dalam Pasar Modal?

Investasi tidak dapat dilepaskan dari teori yang digunakan oleh masing-masing investor. Teori ini menjadi acuan dalam menentukan sistem trading atau investasi saham, sehingga teori ini akan mencerminkan seorang investor dalam memilih saham.

Kesamaan dalam memilih teori tidak lantas membuat hasil analisis sama, karena analisa fundamental sangat ditentukan oleh individu atau analis. Dengan demikian hasil analisis sangat tergantung pada setiap induvidu, karena profil risiko dan asumsi yang digunakan juga akan sangat menentukan hasil analisis.

Untuk itu, tujuan pembahasan ini tidak akan mencerminkan keseluruhan melainkan paradigma penulis semata yang sifatnya masih sangat subjektif, oleh karena itu tulisan ini hanya bersifat informasi dan bukan rekomendasi.

Nah, untuk mempersingkat waktu, mari kita mulai pembahasannya…

Ada beberapa teori dalam investasi yang sering digunakan oleh para investor. Berikut ini adalah beberapa teori dalam investasi yang umum digunakan:

Daftar isi

Teori Modern Portfolio

Teori portofolio modern atau MPT, dikembangkan oleh Harry Markowitz pada tahun 1952. Teori Modern Portfolio (MPT) atau dikenal juga dengan teori portofolio Harry Markowitz menyatakan bahwa diversifikasi portofolio dapat mengurangi risiko investasi, sehingga investor dapat mengoptimalkan kembali tingkat risiko dan imbal hasil yang diinginkan.

Teori ini mengemukakan bahwa investor dapat mencapai portofolio yang optimal dengan menyeimbangkan antara risiko dan keuntungan. Dengan demikian Teori MPT berpandangan bahwa diversifikasi portofolio dapat mengurangi risiko dan menghasilkan keuntungan yang lebih baik daripada investasi pada satu aset saja.

MPT memperkenalkan konsep risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dalam investasi, dan menyatakan bahwa investasi harus dilakukan secara proporsional terhadap setiap kelas aset yang ada di pasar modal. Untuk membedah lengkap teori ini, nanti akan kita bahas berikutnya ya, ini sifatnya hanya pengantar, oke lanjut…

Baca juga  Pengertian Investasi Menurut Para Ahli, Jenis, Sejarah dan Cara Berinvestasi

 

Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Market Hypothesis)

Teori efisiensi pasar atau EMH, dikembangkan oleh Eugene Fama pada tahun 1970. Teori Efisiensi Pasar menyatakan bahwa harga saham yang terjadi di pasar modal sudah mencerminkan semua informasi yang tersedia di pasar. Artinya, tidak ada informasi yang tersembunyi dan semua informasi yang dapat mempengaruhi harga saham sudah tercermin dalam harga pasar.

Sehingga dapat dinyatakan bahwa harga pasar mencerminkan semua informasi yang tersedia tentang suatu saham atau pasar, sehingga tidak mungkin untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi daripada pasar secara konsisten.

Teori ini juga berpendangan bahwa investasi saham yang dilakukan berdasarkan analisa fundamental atau teknikal tidak akan menghasilkan return yang lebih baik dibandingkan dengan melakukan investasi secara acak.

 

Teori Pasar Tidak Efisien (Inefficient Market Theory)

Teori pasar tidak efisien, dikenal juga sebagai inefficient market theory, yang mengemukakan bahwa pasar tidak selalu efisien dalam menghargai suatu saham. Oleh karena itu, investor dapat mencari peluang investasi yang tersembunyi dalam pasar yang tidak efisien.

Nah, inilah teori yang sering juga digunakan oleh value investor atau yang sering dikatakan sebagai mencari mutiara didalam lumpur.

 

Teori Nilai Intrinsik Saham

Teori Nilai Intrinsik Saham menyatakan bahwa harga saham seharusnya mencerminkan nilai intrinsik perusahaan. Nilai intrinsik ini dapat dihitung dengan mengacu pada analisa fundamental perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi kinerja perusahaan, dan faktor ekonomi makro yang mempengaruhi bisnis perusahaan.

Teori ini mengasumsikan bahwa pasar bisa saja salah dalam menilai harga saham dalam jangka pendek, untuk itulah investor dapat menemukan saham yang undervalued, fairvalue atau overvalued.

Teori ini banyak digunakan oleh value investor yang berinvestasi secara aktif pada sebuah saham, jika saham yang dikoleksi telah mencapai titik target nilai, maka biasanya saham dilepas atau dilakukan valuasi ulang. Demikian pula jika terjadi penurunan performa pada perusahaan, maka value akan disesuaikan kembali.

Baca juga  Time Value Of Money: Definisi, Konsep Dasar, Contoh dan Cara Mengitungnya

 

Teori Siklus Investasi

Berikutnya kita akan bahas soal teori siklus investasi, dimana dalam investasi dikenal 4 tahapan atau siklus. Dalam Teori Siklus Investasi diyatakan bahwa pasar saham cenderung mengikuti siklus tertentu, yaitu fase ekspansi, puncak, kontraksi, dan dasar.

Pada fase ekspansi, pasar saham sedang tumbuh pesat dan investor dapat memperoleh keuntungan yang besar. Pada fase puncak, harga saham sudah mencapai nilai tertinggi dan investor dapat menjual saham mereka untuk mengambil keuntungan.

Pada fase kontraksi, harga saham mulai menurun dan investor harus berhati-hati dalam memilih investasi. Pada fase dasar, harga saham sudah mencapai nilai terendah dan investor dapat membeli saham dengan harga yang murah.

Apakah Anda pernah menemukan siklus saham yang sedang pada harga dasar, nah itu bisa jadi Anda akan mencetak keuntungan atau yang biasa disebut “Bagger”.

 

Teori Investasi Nilai (Value Investing)

Teori investasi nilai, dikenal juga sebagai value investing, dikembangkan oleh Benjamin Graham pada tahun 1934. Teori Investasi Nilai atau Value Investing adalah strategi investasi yang mengacu pada analisa fundamental perusahaan untuk mencari saham-saham yang undervalued atau dihargai lebih rendah dibandingkan dengan nilai intrinsiknya.

Sebenarnya teori value investing dan nilai intrinsik itu hampir saham sih, namun tentu saja tetap ada perbedaan dari keduanya.

Teori value investing mengemukakan bahwa investor dapat mencari saham-saham yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya (undervalued) dan mengharapkan harga saham tersebut akan naik ke nilai yang seharusnya.

Investor biasanya menggunakan strategi ini untuk mencari saham-saham yang memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang, memiliki manajemen yang solid, dan mempunyai dividen yang stabil.

 

Teori Investasi Pertumbuhan (Growth Investing)

Teori investasi pertumbuhan, dikenal juga sebagai growth investing, mengharapkan investor untuk memilih saham-saham dari perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Teori ini dikembangkan oleh Philip Fisher pada tahun 1958.

Baca juga  Analisa Fundamental Saham dengan Pendekatan Kualitatif [Investor Pemula]

 

Nah, apakah Anda tertarik untuk berinvestasi pada saham? Ya, jika Anda seorang risk taker dan memiliki hasrat dalam menganalisa, maka bisa jadi Anda orang yang cocok berinvestasi di saham.

Demikianlah beberapa teori dalam investasi yang umum digunakan oleh para investor. Setiap teori memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri dan dapat digunakan sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko masing-masing investor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *