Anda pasti memiliki merek favorit yang selalu Anda pilih ketika membeli produk atau layanan tertentu. Mungkin Anda lebih suka minum Coca-Cola daripada Pepsi, atau lebih setia menggunakan iPhone daripada Android. Atau mungkin Anda lebih sering memesan makanan dari GoFood daripada GrabFood, atau lebih sering berbelanja di Tokopedia daripada Shopee.
Apa pun pilihan Anda, Anda telah menunjukkan brand loyalty, yaitu kecenderungan pelanggan untuk memilih merek yang sama daripada pesaingnya dalam jangka panjang.
Brand loyalty adalah salah satu aspek penting dalam dunia bisnis dan investasi. Brand loyalty dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan penyedia produk atau layanan, karena dapat meningkatkan pendapatan, laba, dan pangsa pasar.
Brand loyalty juga dapat menjadi salah satu sumber economic moat, yaitu kemampuan sebuah perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya atas pesaingnya dan melindungi laba dan pangsa pasarnya dalam jangka panjang.
Istilah economic moat dipopulerkan oleh Warren Buffett, seorang investor legendaris yang dikenal sebagai “Orang Terkaya Ketiga di Dunia” menurut Forbes. Economic moat seperti sebuah parit yang mengelilingi sebuah benteng, yang melindungi orang-orang dan kekayaan di dalamnya dari serangan luar.
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana brand loyalty membentuk economic moat yang kuat, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi brand loyalty, dan bagaimana contoh-contoh perusahaan yang berhasil membangun economic moat dengan brand loyalty. Dengan memahami brand loyalty, kita dapat menemukan peluang bisnis dan investasi yang potensial dan menghindari persaingan yang tidak sehat.
Daftar isi
Bagaimana Brand Loyalty Membentuk Economic Moat?
Brand loyalty membentuk economic moat dengan menciptakan hambatan masuk bagi pesaing baru atau lama, mengurangi dampak persaingan harga, dan meningkatkan nilai produk atau layanan bagi pelanggan. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Hambatan masuk
Brand loyalty membuat pelanggan sulit atau enggan untuk beralih ke produk lain yang mungkin lebih murah, lebih berkualitas, atau lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini disebabkan oleh adanya switching cost, yaitu biaya yang harus dikeluarkan oleh pelanggan ketika mereka beralih dari satu produk, layanan, atau merek ke produk, layanan, atau merek lain.
Biaya ini bisa berupa uang, usaha, waktu, atau emosi yang terlibat dalam proses peralihan. Switching cost dapat menciptakan efek penghalang (barrier effect) atau efek penahan (lock-in effect), yaitu suatu kondisi di mana pelanggan merasa terhalang atau terkunci untuk beralih ke produk lain karena biaya yang harus mereka keluarkan.
Hambatan masuk ini dapat melindungi perusahaan dari ancaman persaingan baru dan mempertahankan keuntungan operasionalnya.
Persaingan harga
Brand loyalty membuat pelanggan kurang sensitif terhadap perubahan harga produk atau layanan. Hal ini disebabkan oleh adanya perceived value, yaitu persepsi pelanggan terhadap nilai produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan.
Perceived value dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kualitas produk atau layanan, citra merek, reputasi perusahaan, pengalaman pelanggan, dan loyalitas merek. Perceived value dapat menciptakan efek premium (premium effect) atau efek diskon (discount effect), yaitu suatu kondisi di mana pelanggan bersedia membayar lebih mahal atau lebih murah untuk produk tertentu karena nilai yang mereka rasakan. Persaingan harga ini dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan karena dapat menetapkan harga premium, mengurangi biaya promosi, atau meningkatkan volume penjualan.
Nilai produk atau layanan
Brand loyalty membuat pelanggan merasa puas dan bahagia dengan produk atau layanan yang mereka gunakan. Hal ini disebabkan oleh adanya customer satisfaction, yaitu tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau layanan yang mereka terima dari perusahaan.
Customer satisfaction dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti harapan pelanggan, kinerja produk atau layanan, kesesuaian produk atau layanan, dan loyalitas merek. Customer satisfaction dapat menciptakan efek positif (positive effect) atau efek negatif (negative effect), yaitu suatu kondisi di mana pelanggan merasa senang atau kecewa dengan produk atau layanan yang mereka gunakan. Nilai produk atau layanan ini dapat meningkatkan loyalitas pelanggan, mengurangi biaya akuisisi, atau meningkatkan referensi.
Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Brand Loyalty?
Brand loyalty dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi perusahaan maupun pelanggan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Faktor perusahaan: Perusahaan dapat membangun dan meningkatkan brand loyalty dengan melakukan berbagai strategi, seperti:
- Menawarkan produk atau layanan yang berkualitas, bermanfaat, dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
- Membangun citra merek yang positif, unik, dan konsisten dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.
- Membangun reputasi perusahaan yang baik, profesional, dan bertanggung jawab terhadap pelanggan, karyawan, mitra, dan lingkungan.
- Menciptakan pengalaman pelanggan yang menyenangkan, mudah, dan memuaskan sejak awal hingga akhir proses pembelian.
- Membuat program loyalitas pelanggan yang menarik, adil, dan menguntungkan bagi pelanggan setia.
- Menjalin hubungan yang erat, personal, dan berkelanjutan dengan pelanggan melalui komunikasi, interaksi, dan feedback.
- Faktor pelanggan: Pelanggan dapat menunjukkan dan meningkatkan brand loyalty dengan melakukan berbagai perilaku, seperti:
- Membeli produk atau layanan secara berulang-ulang dalam jangka panjang.
- Membeli produk atau layanan secara eksklusif tanpa mempertimbangkan pesaing lain.
- Membeli produk atau layanan secara impulsif tanpa memerlukan informasi tambahan.
- Membeli produk atau layanan secara sukarela tanpa dipengaruhi oleh promosi atau insentif.
- Merekomendasikan produk atau layanan kepada orang lain melalui word-of-mouth atau media sosial.
- Memberikan umpan balik positif atau konstruktif kepada perusahaan tentang produk atau layanan.
Contoh-Contoh Perusahaan yang Membangun Economic Moat dengan Brand Loyalty
Berikut adalah beberapa contoh perusahaan yang berhasil membangun economic moat dengan brand loyalty dalam berbagai industri:
Industri minuman
Coca-Cola. Coca-Cola adalah merek minuman ringan terbesar di dunia dengan pangsa pasar global sekitar 43%. Coca-Cola memiliki brand loyalty yang sangat tinggi di antara pelanggannya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kualitas produk yang konsisten dan lezat, citra merek yang ikonik dan global, reputasi perusahaan yang kuat dan bertanggung jawab, pengalaman pelanggan yang menyegarkan dan menyenangkan, program loyalitas pelanggan yang menarik dan menguntungkan, serta hubungan yang erat dan personal dengan pelanggan melalui berbagai inisiatif sosial dan lingkungan.
Industri teknologi
Apple. Apple adalah salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia dengan nilai pasar lebih dari 2 triliun dolar AS. Apple memiliki brand loyalty yang sangat tinggi di antara penggunanya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kualitas produk yang unggul dan inovatif, citra merek yang premium dan eksklusif, reputasi perusahaan yang profesional dan visioner, pengalaman pengguna yang mudah dan memuaskan, program loyalitas pengguna yang adil dan bermanfaat, serta hubungan yang erat dan personal dengan pengguna melalui berbagai layanan dan komunitas.
Industri e-commerce
Amazon. Amazon adalah salah satu perusahaan e-commerce terbesar di dunia dengan pendapatan lebih dari 386 miliar dolar AS pada tahun 2020. Amazon memiliki brand loyalty yang sangat tinggi di antara pelanggannya.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kualitas produk yang beragam dan terjamin, citra merek yang terpercaya dan inovatif, reputasi perusahaan yang kuat dan berorientasi pelanggan, pengalaman belanja yang cepat dan nyaman, program loyalitas pelanggan yang menarik dan menguntungkan, seperti Amazon Prime, serta hubungan yang erat dan personal dengan pelanggan melalui berbagai layanan dan fitur.
Kesimpulan
Brand loyalty adalah kecenderungan pelanggan untuk memilih merek yang sama daripada pesaingnya dalam jangka panjang. Brand loyalty dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan penyedia produk atau layanan, karena dapat meningkatkan pendapatan, laba, dan pangsa pasar.
Brand loyalty juga dapat menjadi salah satu sumber economic moat, yaitu kemampuan sebuah perusahaan untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya atas pesaingnya dan melindungi laba dan pangsa pasarnya dalam jangka panjang.
Brand loyalty dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari sisi perusahaan maupun pelanggan.
Perusahaan dapat membangun dan meningkatkan brand loyalty dengan menawarkan produk atau layanan yang berkualitas, bermanfaat, dan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan; membangun citra merek yang positif, unik, dan konsisten; membangun reputasi perusahaan yang baik, profesional, dan bertanggung jawab; menciptakan pengalaman pelanggan yang menyenangkan, mudah, dan memuaskan; membuat program loyalitas pelanggan yang menarik, adil, dan menguntungkan; serta menjalin hubungan yang erat, personal, dan berkelanjutan dengan pelanggan.
Pelanggan dapat menunjukkan dan meningkatkan brand loyalty dengan membeli produk atau layanan secara berulang-ulang dalam jangka panjang; membeli produk atau layanan secara eksklusif tanpa mempertimbangkan pesaing lain; membeli produk atau layanan secara impulsif tanpa memerlukan informasi tambahan; membeli produk atau layanan secara sukarela tanpa dipengaruhi oleh promosi atau insentif; merekomendasikan produk atau layanan kepada orang lain; serta memberikan umpan balik positif atau konstruktif kepada perusahaan.
Beberapa contoh perusahaan yang berhasil membangun economic moat dengan brand loyalty adalah Coca-Cola, Apple, Amazon, Microsoft, Google, Facebook, Alibaba, eBay, Etsy, Shopify, Uber, Lyft, dan Grab. Perusahaan-perusahaan ini memiliki brand loyalty yang sangat tinggi di antara pelanggan mereka. Mereka juga memiliki kinerja keuangan yang baik dan pangsa pasar yang besar.