Apa itu Valuasi?

Valuasi atau Penilaian merupakan proses analisis atau perhitungan yang digunakan untuk menentukan nilai aset atau perusahaan saat ini (atau yang diproyeksikan). Ada banyak metode yang digunakan untuk melakukan valuasi. Seorang analis pada umumnya memposisikan nilai pada perusahaan dengan berpedoman pada manajemen bisnis, komposisi struktur modal, prospek bisnis dan pendapatan di masa depan, nilai pasar asetnya, menggunakan metrik yang terdapat pada serangkaian proses prhitungan.

Dalam melakukan valuasi, sering kali digunakan analisis fundamental, akan tetapi beberapa metode lain bisa digunakan misalnya model penetapan harga aset modal (lebih dikenal CAPM) atau model diskon dividen (DDM).

Nah, untuk melengkapi pembahasan kita kali ini, tidak ada salahnya kita meliaht sekilas tentang pengertian valuasi, sehingga hal ini dapat menyamakan persepsi kita. Dengan demikian, kedepan kita semakin dmudahkan dalam pembelajaran ini.

Jadi mari kita lanjutkan pembahasan ini, so baca terus dan jangan di skip ya…

Baca juga: Enterprise Value

Daftar isi

Pengertian Valuasi

Valuasi atau penilaian berguna pada saat kita akan menentukan nilai wajar suatu sekuritas, yang ditentukan oleh kesediaan pembeli untuk membayar penjual, dengan asumsi kedua belah pihak memasuki transaksi dengan sukarela. Ketika sekuritas diperdagangkan di bursa, pembeli dan penjual menentukan nilai pasar saham atau obligasi. [1]

Bagaimanapun, konsep nilai intrinsik lebih mengacu pada nilai yang dirasakan dari sekuritas (aset) berdasarkan pendapatan di masa depan atau beberapa atribut perusahaan lain yang tidak terkait dengan harga pasar sekuritas.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa peran dari valuasi sanat erat dengan keputusan pembelian atau jual dari investor. Analis biasanya melakukan valuasi untuk menentukan apakah suatu perusahaan atau aset dinilai terlalu tinggi atau rendah oleh pasar.

 

Jenis Model Valuasi

Secara umum, model valuasi terbagi menjadi dua bagian yaitu valuasi absolut dan valuasi relatif, berikut penjelasannya.

Model valuasi absolut berupaya untuk menemukan nilai intrinsik atau “benar” dari suatu aset investasi hanya berdasarkan fundamental. Analisa fundamental berarti kita hanya akan fokus pada hal-hal krusial seperti dividen, arus kas, dan tingkat pertumbuhan perusahaan, dan tidak khawatir tentang perusahaan lain.

Model valuasi yang masuk dalam kategori ini antara lain model diskon dividen (DDM=Dividen Discount Model), model discounted cash flow (DCF), model residual income, dan asset-based model.

Sebaliknya, model valuasi relatif dihitung dengan membandingkan perusahaan yang bersangkutan dengan perusahaan serupa lainnya. Model ini melibatkan penghitungan kelipatan dan rasio, seperti kelipatan harga terhadap pendapatan, dan membandingkannya dengan kelipatan perusahaan sejenis atau pada industri sejenis.

Baca juga  6 Metode Valuasi Bisnis yang Paling Sering Digunakan dalam Analisis Saham

Model yang umum digunakan, P/E Rasio. Jika P/E perusahaan lebih rendah dibanding P/E dari perusahaan yang sejenis, maka perusahaan tadi mungkin dianggap undervalued. Biasanya, model penilaian relatif jauh lebih mudah dan lebih cepat untuk dihitung daripada model penilaian absolut, itulah sebabnya banyak investor dan analis memulai analisis mereka dengan model ini.

 

Jenis Metode Valuasi

Metode Komparasi

Analisis perusahaan yang sebanding merupakan metode yang menganalisis perusahaan sejenis, dalam ukuran dan industri, dan bagaimana aset ditransaksikan untuk menentukan nilai wajar perusahaan atau aset.

Metode transaksi masa lalu memperhatikan transaksi masa lalu dari perusahaan sejenis untuk menentukan nilai yang sesuai. Ada juga metode penilaian berbasis aset, yang menjumlahkan semua nilai aset perusahaan, dengan asumsi sekuritas dijual pada nilai pasar wajar, untuk mendapatkan nilai intrinsik.

Dalam investasi, pendekatan pembanding sangat identik dengan valuasi relatif.

Terkadang yang didahulukan adalah valuasi relatif dan kemudian menimbang masing-masing secara akurat untuk menghitung nilai intrinsik. Sementara itu, beberapa metode lebih tepat untuk industri tertentu dan kurang sesuai untuk industri lain.

Misalnya, Anda tidak akan menggunakan pendekatan penilaian berbasis aset untuk menilai perusahaan konsultan yang memiliki sedikit aset; sebaliknya, pendekatan berbasis pendapatan seperti DCF akan lebih tepat.

Atau analisa terhadap perusahaan properti lebih cocok menggunakan nilai buku saham, karena memiliki aset yang besar dari tanah, bangunan (properti) yang dimiliki, sehingga tidak cocok digunakan pada perusahaan sektor teknologi dengan aset kecil.

Metode Arus Kas Diskonto (DCF)

Analis juga menempatkan nilai pada aset atau investasi menggunakan arus kas masuk dan keluar yang dihasilkan oleh aset, yang disebut analisis arus kas diskonto (DCF = Discounterd Cash Flow). Arus kas ini didiskontokan menjadi nilai saat ini menggunakan tingkat diskonto, yang merupakan asumsi tentang suku bunga atau tingkat pengembalian minimum yang diasumsikan oleh investor.

Jika sebuah perusahaan membeli sebuah mesin, perusahaan menganalisis arus kas keluar untuk pembelian mesin dan arus kas masuk tambahan yang dihasilkan oleh aset baru tersebut. Semua arus kas didiskontokan pada nilai sekarang, lalu kemudian menentukan nilai sekarang bersih (NPV) dari sebuah bisnis. Jika NPV menghasilkan angka positif, pembelian layak dilakukan sehingga perusahaan boleh melakukan investasi dan membeli aset.

Metode Transaksi Preseden

Cara kerja Metode transaksi preseden adalah dengan membandingkan perusahaan yang dihargai dengan perusahaan serupa lainnya yang baru saja dijual. Perbandingan ini tentu akan sangat akurat bila perusahaan berada pada industri atau sektor yang sama.

Baca juga  Laporan Keuangan Perusahaan, Apa Saja Jenisnya dan Bagaimana Cara Membacanya?

Jika perusahaan akan melakukan merger atau akuisisi terhadap suatu perusahaan, maka metode transaksi preseden lebih cocok untuk digunakan. Karena hal ini sangat akurat, apalagi jika transaksi baru saja berlangsung, maka yang menjadi acuan adalah metode ini.

 

Hubungan antara Laba dengan Valuasi

Anda tentu sering mendengar tentang EPS atau Earning Per Share jika diterjemahkan menjadi Laba Per Saham.

Nah, rumus laba per saham (EPS) dinyatakan sebagai laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar. EPS merupakan indikator laba perusahaan karena semakin banyak pendapatan yang dapat dihasilkan perusahaan per saham, maka semakin berharga saham bagi investor.

Analis juga menggunakan rasio price-to-earnings (P/E) dalam valuasi saham, yang dihitung dengan membandingkan harga pasar per saham dibagi dengan EPS. Rasio P/E menghitung seberapa mahal harga realtif saham terhadap laba yang dihasilkan per saham.

Contoh, jika rasio P/E suatu saham adalah 20x pendapatan, maka seorang analis membandingkan rasio P/E tersebut dengan perusahaan lain di industri yang sama dan dengan rasio untuk pasar yang lebih luas.

Dalam analisis ekuitas, menggunakan rasio P/E untuk menilai perusahaan disebut penilaian berbasis kelipatan, atau pendekatan kelipatan. Bisa juga menggunakan pembanding antara EV/EBITDA, dibandingkan dengan perusahaan serupa dan kelipatan historis untuk menghitung nilai intrinsik.

Ev adalah enterprise value, sedangkan ebitda laba sebelum pajak, penyusutan dan amortisasi. EV dihitung dengan menjumlahkan market cap + hutang (debt) – kas atau setara kas.

 

Batasan Penilaian

Pada saat memutuskan metode penilaian mana yang akan digunakan menilai saham untuk pertama kalinya, akan lebih mudah dengan jumlah teknik penilaian yang tersedia bagi investor. Ada metode penilaian yang cukup mudah sementara yang lain terlihat lebih rumit.

Sayangnya, tidak ada satupun metode yang paling cocok untuk setiap situasi. Setiap saham memiliki karakteristik berbeda, dan setiap industri atau sektor memiliki karakteristik unik jadi kita mungkin memerlukan beberapa metode penilaian.

Pada saat yang sama, metode valuasi yang berbeda akan menghasilkan nilai yang berbeda pada suatu aset atau perusahaan, bahkan menggunakan metode yang sama bisa menghasilkan valuasi yang berbeda, hal ini dapat menyebabkan analis menggunakan teknik yang memberikan output yang paling menguntungkan bagi investor.

Investor yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang metode valuasi dan topik keuangan lainnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk mendaftar pada kelas kursus online, hal ini bermanfaat untuk menambah wawasan dalam hal investasi.

Baca juga  Laporan Neraca: Penjelasan Lengkap, Komponen dan Contoh Laporan Perusahaan Terbuka

 

Pertanyaan tentang Valuasi

Apa saja contoh valuasi?

Contoh umum metode valuasi adalah kapitalisasi pasar perusahaan. Metode ini menghitung harga saham perusahaan dan mengalikannya dengan total saham yang beredar. Misalnya, jika harga saham perusahaan adalah Rp100, dan perusahaan memiliki 2 miliar saham yang beredar, kapitalisasi pasarnya adalah Rp200 miliar.

Bagaimana cara menghitung valuasi?

Terdapat beberapa cara untuk menghitung valuasi dan akan berbeda pada apa yang dihargai dan kapan valuasi dihitung. Perhitungan umum dalam menilai bisnis melibatkan penentuan nilai wajar dari semua asetnya dikurangi semua kewajiban perusahaan. Metode ini merupakan perhitungan berbasis aset.

Apa tujuan valuasi?

Tujuan valuasi adalah untuk menentukan nilai wajar suatu aset atau perusahaan, kemudian  membandingkannya dengan harga pasar saat ini. Tujuannya adalah untuk mendatangkan investor, menjual perusahaan, membeli perusahaan, menjual aset atau bagian dari bisnis, keluar masuknya mitra bisnis, atau bertujuan untuk membagi warisan.

 

Kesimpulan

Sekarang kita sudah sampai pada akhir pembahasan, jika direkap maka pembahasan kita telah mencakup hal-hal berikut ini yaitu:

  1. Valuasi merupakan proses penentuan nilai suatu aset atau perusahaan. Valuasi dianggap penting karena memberikan informasi kepada calon pembeli tentang berapa yang harus mereka untuk membeli suatu aset atau perusahaan dan untuk calon penjual, berapa banyak yang harus mereka jual.
  2. Valuasi memainkan peran penting dalam industri maupun sektoral perusahaan, serta dalam hal pertumbuhan perusahaan. Terdapat beberapa metode valuasi, namun semua metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada satupun metode yang sempurna, karena sangat ditentukan oleh asumsi si analis. Terkadan, dengan metode yang sama, masing-masing analis menemukan hasil yang berbeda, demikian halnya dengan perbedaan metode yang digunakan tentu akan memberikan hasil berbeda.

Nah, demikian ulasan singkat tentang valuasi, hal ini bisa Anda gunakan untuk membeli saham atau menghitung valuasi dalam hal merger, akuisisi serta membeli perusahaan. Semoga pembahasan ini bermanfaat dan sampai bertemu pada pembahasan berikutnya.

Iklan

Melalui buku ini, Anda akan belajar bagaimana Membangun kekayaan Melalui Investasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *