Banyak metode atau cara yang dapat kita lakukan untuk berinvestasi, entah itu di pasar modal (saham, obligasi atau reksadana) maupun instrumen investasi lainnya. Salah satu yang cukup populer bagi kalangan investor adalah Dollar Cost Averaging (DCA).
Apa dan bagaimana metode ini bekerja dalam investasi kita, topik inilah yang akan kami ketengahkan kepada Anda dalam edisi edukasi investasi dasar kali ini, simak terus.
Aktivitas investasi memang sesuatu yang menantang. Bahkan investor yang berpengalaman sekalipun ketika mencoba mengatur waktu untuk membeli pada saat-saat yang paling tepat bisa menemukan jalan buntu.
Nah, salah satu langkah atau metode yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian pasar adalah dengan metode dollar cost averaging atau istilahnya nabung rutin dengan nominal yang sama.
Singkatnya, Dollar cost averaging adalah strategi yang bisa membuat kita lebih mudah untuk berurusan dengan pasar yang tidak pasti, caranya dengan melakukan pembelian secara otomatis secara rutin. Metode ini juga bisa mendukung upaya investor untuk berinvestasi secara teratur.
Dollar cost averaging melibatkan aktivitas investasi dengan jumlah uang yang sama dalam tingkat keamanan tertentu secara berkala selama periode waktu tertentu, berapa pun harganya. Dengan demikian, metode dollar cost averaging menjadikan seorang investor bisa memperoleh biaya rata-rata perolehan per saham dan tentunya metode ini bisa mengurangi dampak volatilitas harga pada portofolio mereka.
Dengan demikian, strategi ini dapat menghilangkan upaya yang diperlukan untuk mencoba “mengatur pasar” untuk membeli dengan harga terbaik. Dollar cost averaging sebenanrya sering juga disebut sebagai paket pembelian instrumen investasi secara konstan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode DCA merupakan cara nabung rutin pada suatu saham dalam nominal yang sama pada rentang waktu tertentu agar portofolio memperoleh harga rata-rata terbaik.
Baca: Apa itu CAPM?
Daftar isi
Bagaimana Cara Kerja Dollar Cost Averaging?
Dollar cost averaging sebenarnya merupakan alat sederhana yang dapat digunakan investor untuk membangun tabungan dan kekayaan dalam jangka panjang. Metode ini merupakan cara bagi investor untuk mengabaikan volatilitas harga dalam jangka pendek di pasar modal yang tidak bisa kita hindari.
Dalam jangka pendek, pasar modal tidak ubahnya seperti mesin voting yang terus berpacu dengan waktu, sedangkan dalam jangka panjang pasar modal merupakan weighting machine (pembobotan). Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan analisa sebelum memutuskan untuk membeli saham.
Contoh utama dari dollar cost averaging jangka panjang adalah penggunaannya dalam rencana paket hemat, di mana karyawan berinvestasi secara teratur terlepas dari harga sekuritas yang naik dan turun. Saya sengaja menyebutnya paket hemat, karena dengan sistem mencicil secara rutin, jadi jika Anda menemukan kata paket hemat pada bagian artikel ini, maksudnya demikian.
Dengan paket hemat, karyawan dapat memilih jumlah yang ingin mereka kontribusikan serta investasi yang ditawarkan oleh rencana untuk berinvestasi. Selanjutnya, investasi dilakukan secara otomatis setiap periode pembayaran baik bulanan atau 6 bulanan.
Sebenarnya ini sangat bergantung pada situasai dipasar saham, karyawan mungkin akan melihat jumlah sekuritas yang lebih besar atau lebih kecil ditambahkan ke akun mereka, setiap kali transaksi pembelian.
Dollar cost averaging juga bisa digunakan di luar paket hemat. Misalnya, seorang investor bisa menggunakannya untuk melakukan pembelian reguler pada reksadana atau reksadana indeks, baik melalui akun lain atau melalui akun yang dimiliki, dan transaksi ini bisa disebut nabung reksadana.
Dollar cost averaging dikenal sebagai salah satu strategi terbaik bagi investor pemula yang ingin memperdagangkan reksadana indeks atau etf. Selain itu, rencana untuk reinvestasi dividen (menginvestasikan deviden yang diperoleh) memungkinkan investor untuk melakukan pembelian secara teratur melalui strategi dollar cost averaging.
Singkatnya, strategi ini bisa dimodifikasi sesuai keperluan Anda, jadi berinvestasi secara rutin jauh lebih penting dibanding menunda untuk berinvestasi.
Baca: Tips Melakukan Diversifikasi Portofolio.
Apa Saja Manfaat Dollar cost averaging?
Dari awal kita sudah membahas pengertian dan bagaimana cara kerja dari metode ini dalam investasi, namun apakah Anda yakin bahwa ini dapat bekerja untuk Anda, yuk simak apa aja manfaat dari DCA ini:
- Dollar cost averaging dapat menurunkan jumlah rata-rata harga (auto average down) perolehan suatu saham yang Anda belanjakan untuk investasi.
- Metode DCA bisa memperkuat praktik berinvestasi secara teratur demi membangun kekayaan dari waktu ke waktu.
- Metode DCA bersifat otomatis dan bisa mengantisipasi kekhawatiran tentang kapan harus berinvestasi dan kapan menemukan harga terbaik.
- Menghilangkan jebakan waktu pada pasar modal, seperti membeli hanya ketika harga telah naik atau akumulasi ketika bandar akumulasi dan lain sebagainya.
- Memastikan bahwa Anda sudah berada di pasar dan siap untuk membeli meskipun harga sedang tinggi, namun Anda sudah koleksi sejak lama.
- Menghilangkan emosi atau pengaruh buruk pada psikologis terhadap hasil investasi Anda dan mencegah Anda dari potensi terburuk dari return portofolio Anda.
Nah, sekarang udah tau kan apa aja manfaat yang diperoleh investor dengan metode DCA ini, siap untuk lanjut? Yuk…
Siapa yang Harus Menggunakan Dollar cost averaging?
Strategi investasi dollar cost averaging dapat digunakan oleh setiap investor yang ingin memaksimalkan manfaatnya, yang meliputi biaya perolehan rata-rata yang berpotensi lebih rendah.
Metode investasi ini juga otomatis selama interval waktu tertentu, dan metode yang membebaskan investor dari tekanan mental karena harus membuat keputusan pembelian di bawah tekanan ketika pasar bergejolak.
Dollar cost averaging sangat berguna bagi investor pemula yang belum memiliki pengalaman atau keahlian untuk menilai momen yang paling tepat untuk beli sekuritas pada harga yang tepat.
Menjadi strategi yang andal bagi investor dalam jangka panjang yang berkomitmen untuk berinvestasi secara teratur tetapi tidak punya waktu atau kecenderungan untuk mengamati pasar dan mengatur waktu pesanan mereka secara rutin.
Sayangnya, metode dollar cost averaging (DCA) kurang untuk semua orang. Terutama bagi mereka yang menginvestasikan pada periode waktu ketika harga sedang tren terus di satu arah naik atau melepas ketika harga sedang bearish.
Pastikan bahwa anda telah mempertimbangkan prospek Anda untuk investasi, belum lagi pasar yang lebih luas pada saat kita akan membuat keputusan untuk menggunakan dollar cost averaging juga akan berpengaruh.
Baca: Konsep margin of Safety.
Catatan Penting dalam Metode DCA
Penting untuk dicatat bahwa dollar cost averaging akan bekerja dengan baik sebagai metode untuk membeli investasi selama periode waktu tertentu ketika harga saham berfluktuasi naik dan turun.
Jika harga terus menerus naik, investor yang menggunakan dollar cost averaging akhirnya membeli lebih sedikit saham. Akan tetapi terus menurun, mereka dapat terus membeli ketika mereka harus berada di sela-sela kesibukan dan memperoleh jumlah saham lebih banyak.
Jadi sebenarnya, strategi tersebut tidak dapat melindungi investor dari risiko penurunan harga pasar yang bersifat volatile. Seperti paradigma kebanyakan investor jangka panjang, strategi ini mengasumsikan bahwa harga, meskipun terkadang mengalami penurunan, namun pada akhirnya akan naik seiring dengan bagusnya kinerja perusahaan.
Menggunakan strategi DCA untuk membeli saham individu tanpa meneliti detail perusahaan juga bisa terbukti merugikan. Itu karena seorang investor mungkin terus membeli lebih banyak saham ketika mereka sebaliknya akan berhenti membeli atau keluar dari posisi tersebut.
Oleh karena itu, tidak selamanya metode DCA bekerja, karena jika pemilihan saham sudah salah sejak awal maka ini merupakan bencana, karena mengoleksi saham yang saham dan tidak mendapati profit.
Untuk investor yang kurang berpengalaman serta kurang dalam literasi investasi, strategi ini jauh lebih tidak berisiko ketika digunakan untuk membeli dana indeks atau reksadana dibanding langsung membeli saham serta membuat portofolio secara individu.
Investor yang menggunakan strategi dollar cost averaging umumnya akan menurunkan rata-rata biaya perolehan saham dalam investasi dari waktu ke waktu. Harga rata-rata yang lebih rendah akan menyebabkan lebih sedikit kerugian pada investasi yang harganya sedang menurunkan dan akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar pada investasi yang harganya sedang meningkatkan.
Singkatnya, kecermatan dalam memilih saham akan semakin menentukan potensi keuntungan yang diperoleh sang investor.
Contoh penerapan metode Dollar cost averaging dalam Investasi
Sebut saja Mike bekerja pada perusahaan XYZ dan memiliki rencana investasi. Dia menerima gaji sebesar Rp2.500.000,- setiap dua minggu. Mike kemudian memutuskan untuk mengalokasikan 10% atau Rp250.000,- dari gajinya setiap periode pembayaran untuk diinvestasikan.
Mike memilih untuk berinvestasi 50% dari alokasinya ke reksadana berkapitalisasi besar sebut saja IDX30 dan 50% untuk dana indeks LQ45. Setiap dua minggu 10%, atau Rp250.000, dari pembayaran sebelum pajak Mike akan membeli senilai Rp125.000,- dari masing-masing reksadana ini terlepas dari harga reksadana tersebut.
Tabel di berikut menunjukkan setengah dari kontribusi Mike Rp125.000,- yang masuk ke reksadana indeks LQ45 selama 10 periode pembayaran. Sepanjang 10 periode gaji, Mike menginvestasikan total Rp2.500.000,- atau Rp125.000,- per minggu. Harga reksadana meningkat dan menurun selama waktu tersebut.
Hasil investasi dengan metode dollar cost averaging:
Mike menghabiskan total Rp2.500.000,- selama 10 periode pembayaran dan membeli 2471 lembar saham.
Dari perhitungan, Mike membayar harga rata-rata Rp1012,- (Rp2.500.000,-/2471).
Mike membeli jumlah saham yang berbeda karena harganya meningkat dan menurun nilainya karena fluktuasi pasar.
Hasil investasi jika Mike menggunakan metode sekaligus (lump sum):
Dengan metode Lump Sum, Mike menghabiskan Rp2.500.000,- sekaligus dalam 1 periode pembayaran. Dia membayar Rp1027,- per saham.
Itu akan menghasilkan pembelian 2434,27 saham (Rp2.500.000,-/Rp1027).
Dengan metode sekaligus (lump sum) tidak ada cara bagi Mike untuk mengetahui kapan waktu terbaik untuk membeli saham. Akan tetapi, dengan metode dollar cost averaging, mike dapat mengambil keuntungan dari beberapa penurunan harga meskipun faktanya harga saham meningkat menjadi lebih dari Rp1027. Mike memiliki lebih banyak saham (2471 lembar) dengan harga rata-rata yang lebih rendah (Rp1012,-).
Pertanyaan Seputar Dollar Cost Averaging
1.Apakah metode Dollar-Cost Averaging merupakan ide yang bagus?
Bisa ya bisa nggak. Dengan dollar cost averaging, Anda menginvestasikan jumlah yang sama secara berkala dan dengan melakukannya, mudah-mudahan menurunkan harga pembelian rata-rata Anda.
Anda sudah akan berada di pasar ketika harga saham turun dan ketika harganya naik. Misalnya, Anda akan memiliki paparan penurunan ketika hal itu terjadi dan tidak perlu mencoba mengatur waktu untuk membeli saham.
Dengan menginvestasikan jumlah yang tetap secara teratur, Anda akhirnya akan membeli lebih banyak saham ketika harganya lebih rendah dibanding ketika harganya lebih tinggi.
2.Mengapa Investor Menggunakan Dollar cost averaging?
Keuntungan utama dari dollar cost averaging adalah mengurangi efek negatif dari psikologi investor dan waktu terbaik masuk dipasar pada portofolio investasi.
Dengan berkomitmen menggunakan pendekatan dollar cost averaging, investor sebenarnya sudah menghindari risiko bahwa mereka akan membuat keputusan kontra-produktif karena keserakahan (greedy) atau ketakutan (fear), seperti membeli lebih banyak ketika harga naik atau panic-selling ketika harga turun.
Sebaliknya, dollar cost averaging memaksa investor untuk fokus pada kontribusi sejumlah uang yang ditetapkan setiap periode sambil mengabaikan rarget harga sekuritas.
3.Seberapa sering Anda harus berinvestasi dengan dollar cost averaging?
Terkait dengna strategi DCA, seberapa sering Anda menggunakannya akan sangat tergantung pada cakrawala investasi Anda, pandangan pasar, dan pengalaman dengan investasi.
Jika paradigma Anda adalah untuk pasar dalam kondisi baik (bullish) yang pada akhirnya akan naik, maka Anda dapat mencoba DCA. Jika pasar bearish yang gigih sedang bekerja, maka DCA tidak akan menjadi strategi yang cerdas untuk digunakan.
Jika Anda berencana untuk investasi jangka panjang dan memiliki pertanyaan terkait interval pembelian apa yang masuk akal, maka pertimbangkan untuk menerapkan penyisihan persentase dari setiap gaji Anda untuk pembelian berkala dengan DCA.
Kesimpulan
Nah, dari pemaparan diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan dalam pembahasan DCA ini yaitu:
- Dollar Cost Averaging merupakan langkah praktis untuk menginvestasikan jumlah/nominal uang yang sama secara sistematis secara berkala, terlepas dari naik atau turunnya harga sekuritas.
- Dollar Cost Averaging bisa mengurangi dampak keseluruhan dari volatilitas harga dan menurunkan biaya perolehan rata-rata per saham, karena pada saat harga turun Anda mendapat jumlah lembar lebih banyak.
- Dengan membeli secara teratur pada saat pasar naik dan turun, investor membeli lebih banyak saham dengan harga lebih rendah dan lebih sedikit saham dengan harga lebih tinggi.
- Dollar Cost Averaging bertujuan untuk mencegah investasi lump sum yang tidak tepat waktu dengan harga yang berpotensi lebih tinggi dibanding mencicil secara teratur atau DCA.
- Seorang Investor yang memulai lebih awal dan lebih lama alokasi waktu, keduanya bisa memperoleh manfaat dari Dollar Cost Averaging.
Demikian pembahasan tentang DCA, semoga hal ini dapat membantu Anda untuk memahami akan pentingnya investasi secara konsisten, so terima kasih atas kunjungan Anda.
One Reply to “Mengapa Metode Dollar-Cost Averaging (DCA) Masih Relevan Hingga Saat Ini? Berikut Contoh dan Pertimbangan”