
Sektor perbankan merupakan sektor di bursa saham yang terbilang memiliki kinerja yang solid dan prospek yang cerah ketika perekonomian menunjukan sinyal positif terutama aspek makroekonomi. Namun, tentu saja sektor bank juga memiliki tantangan tersendiri. Bila kita cermati, pada saat bank Indonesia mengeluarkan kebijakan moneter yakni menyesuaikan BI Rate sebagai bentuk pengendalian terhadap Inflasi serta nilai tukar rupiah, yang bisa berdampak pada tingginya beban bunga simpanan pada bank.
Sektor perbankan yang memiliki prospek cerah tentu saja bukan hanya big bank, melainkan juga saham menengah yang tak kalah menarik. Apalagi jika kita bisa melihat keunikan disetiap emiten. Kali ini kita akan coba bandingkan kinerja dan prospek dua bank menengah yakni BNGA vs BDMN.
BNGA dan BDMN, merupakan dua perbankan menengah di Indonesia, yang telah menunjukkan performa solid di tahun 2023. Artikel ini bertujuan untuk mengupas lebih dalam kinerja dan prospek investasi kedua emiten ini, melampaui data permukaan dan memberikan analisis yang komprehensif bagi investor.
Daftar isi
Analisis Kinerja 2023
Pertumbuhan Kredit:
BNGA: Pertumbuhan kredit 8,52% didorong oleh unit syariah (17,05%). Hal ini menunjukkan potensi besar unit syariah BNGA sebagai mesin pertumbuhan di masa depan. Perlu ditelusuri lebih lanjut strategi BNGA dalam mengembangkan unit syariahnya.
BDMN: Pertumbuhan kredit yang signifikan sebesar 18,47% menunjukkan agresivitas BDMN dalam ekspansi. Namun, penting untuk dikaji apakah ekspansi ini dilakukan dengan tetap menjaga kualitas kredit.
Net Interest Margin (NIM):
BNGA: Penurunan NIM menjadi 4,4% akibat kenaikan suku bunga. Perlu dianalisa lebih lanjut strategi BNGA dalam menjaga NIM di tengah kondisi suku bunga yang tinggi.
BDMN: Kenaikan NIM menjadi 7,74% menunjukkan kemampuan BDMN dalam menjaga margin keuntungan. Hal ini patut diapresiasi dan perlu ditelusuri lebih lanjut strategi BDMN dalam memaksimalkan pendapatan bunga.
Non-Performing Loan (NPL):
BNGA: Penurunan NPL gross dan net menunjukkan kualitas kredit yang membaik. Hal ini merupakan indikator positif bagi kesehatan keuangan BNGA.
BDMN: NPL gross turun, NPL net naik sedikit. Perlu dikaji lebih lanjut penyebab kenaikan NPL net BDMN dan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasinya.
Cost to Income Ratio (CIR):
BNGA: CIR 44,83% terjaga di level yang rendah. Efisiensi biaya BNGA patut dipertahankan dan ditingkatkan.
BDMN: Peningkatan CIR menjadi 51,6% menunjukkan inefisiensi biaya yang perlu diwaspadai. BDMN perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk menekan biaya operasionalnya.
Likuiditas:
BNGA: Rasio LDR 89,3% terjaga di level yang wajar. Perlu dipantau bagaimana BNGA menjaga likuiditasnya di tengah kondisi makroekonomi yang dinamis.
BDMN: Rasio LDR 96,52% cukup ketat dan dapat meningkatkan beban bunga di masa depan. BDMN perlu mencari solusi kreatif untuk meningkatkan dana pihak ketiganya tanpa meningkatkan beban bunga secara signifikan.
Prospek Dividen:
BNGA: Diperkirakan yield 7,3% di 2024, cukup tinggi dan menarik bagi investor yang mencari pendapatan pasif.
BDMN: Diperkirakan yield 4,26% di 2024, moderat. BDMN perlu meningkatkan dividennya untuk menarik investor.
Prediksi Kinerja 2024-2025 (Berdasarkan Konsensus Analis):
Pertumbuhan Laba Bersih
BNGA: Diperkirakan 9,68% di 2024 dan 4,22% di 2025. Perlu dianalisa lebih lanjut faktor-faktor yang dapat mendorong pertumbuhan laba bersih BNGA di masa depan.
BDMN: Data konsensus analis belum tersedia. Investor perlu mencermati data konsensus analis BDMN ketika tersedia untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang prospek laba bersihnya.
Faktor Lain yang Perlu Dipertimbangkan:
- Strategi Bisnis: Menganalisis strategi bisnis dan fokus utama each bank. Contohnya, BNGA fokus pada segmen syariah, sedangkan BDMN fokus pada kredit kendaraan bermotor.
- Kemampuan Manajemen: Menilai kualitas dan track record tim manajemen each bank.
- Kondisi Makroekonomi: Memperhatikan kondisi makroekonomi Indonesia yang dapat memengaruhi kinerja bank.
Kesimpulan:
BNGA dan BDMN memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. BNGA menawarkan dividen yield tinggi dan kualitas kredit yang stabil, sedangkan BDMN memiliki potensi pertumbuhan laba bersih yang tinggi. Investor perlu melakukan analisis mendalam dan mempertimbangkan faktor-faktor risiko dan peluang sebelum memilih emiten yang tepat untuk portofolionya.
Dengan demikian, berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa:
- BNGA: Cocok untuk investor yang mencari dividen yield tinggi dan kualitas kredit yang stabil. Namun, perlu diwaspadai potensi penurunan pendapatan bunga bersih akibat suku bunga tinggi dan melambatnya pertumbuhan laba bersih.
- BDMN: Cocok untuk investor yang mencari pertumbuhan laba bersih yang tinggi. Namun, perlu diwaspadai potensi kenaikan beban bunga, inefisiensi biaya, dan rasio likuiditas yang ketat.
Penting untuk diingat
- Kedua emiten memiliki risiko dan peluangnya masing-masing.
- Keputusan investasi harus didasarkan pada profil risiko, tujuan investasi, dan horizon waktu Anda.
- Lakukan analisis fundamental yang lebih mendalam dan pertimbangkan faktor makroekonomi sebelum mengambil keputusan.
Disclaimer
Informasi ini bukan merupakan rekomendasi investasi. Lakukan riset lebih lanjut dan konsultasikan dengan perencana keuangan sebelum memutuskan untuk berinvestasi.