Teori Komunikasi Interpersonal: Pengertian, Prinsip, dan Manfaatnya dalam Hubungan Kerja

Komunikasi interpersonal dipercaya sebagai salah satu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia kerja. Hal ini mencakup proses pertukaran informasi, gagasan, perasaan, dan emosi antara dua atau lebih orang melalui verbal, nonverbal, atau media elektronik.

Komunikasi interpersonal bisa mempengaruhi kinerja, motivasi, kepuasan, dan kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu, memahami teori komunikasi interpersonal dan menerapkannya dalam hubungan kerja adalah hal yang sangat bermanfaat.

Berdasarkan definisi, teori komunikasi interpersonal merupakan kumpulan konsep, asumsi, dan proposisi yang menjelaskan bagaimana komunikasi interpersonal berlangsung dan apa dampaknya bagi individu dan hubungan. Teori ini bisa membantu kita untuk memahami perilaku komunikasi kita sendiri dan orang lain, serta mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih efektif dan efisien.

Pada pembahasan ini, kita bakal mengupas beberapa teori komunikasi interpersonal yang populer, prinsip-prinsip yang mendasarinya, dan manfaatnya dalam hubungan kerja. Sebelum lanjut, silahkan kencangkan sabuk pengaman Anda, dan,,,, mari kita mulai..

Daftar isi

Teori Koordinasi Interaksi (Interaction Coordination Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Joseph Cappella dan Sean Planalp pada tahun 1981. Teori ini menyatakan bahwa komunikasi interpersonal dikenal sebagai proses koordinasi antara dua atau lebih orang yang saling menyesuaikan perilaku verbal dan nonverbal mereka. Hal ini bisa meningkatkan keterampilan komunikasi, kepercayaan, keserasian, dan keintiman antara para komunikator.

Dalam hubungan kerja, koordinasi interaksi dapat membantu kita untuk menciptakan suasana yang harmonis, kooperatif, dan produktif dengan rekan kerja, atasan, dan klien. Hal ini bisa dilakukan melalui cara berikut:

  • Meniru gerakan tubuh, ekspresi wajah, nada suara, dan gaya bahasa lawan bicara.
  • Menggunakan isyarat nonverbal yang sesuai dengan konteks dan budaya, seperti kontak mata, senyum, anggukan, dan sentuhan.
  • Memberikan umpan balik positif, seperti pujian, apresiasi, dan dukungan.
  • Menghindari gangguan, seperti telepon, email, atau media sosial saat berkomunikasi.
  • Menjaga jarak fisik yang nyaman dan sesuai dengan tingkat kedekatan hubungan.
Baca juga  Mengungkap Pentingnya Pengorganisasian dalam Fungsi Manajemen

Teori Penurunan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese pada tahun 1975. Teori ini menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pengurangan ketidakpastian antara dua atau lebih orang yang belum saling mengenal atau memiliki informasi yang terbatas.

Ketidakpastian bisa menimbulkan ketegangan, kecemasan, dan ketidaknyamanan dalam komunikasi. Sehingga, orang cenderung mencari informasi tentang lawan bicara mereka untuk mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan.

Dalam hubungan kerja, pengurangan ketidakpastian bisa membantu kita untuk membangun hubungan yang baik dengan rekan kerja, atasan, dan klien yang baru kita temui atau bekerja sama. Hal ini bisa dilakukan dengan cara-cara berikut yaitu:

  • Mengajukan pertanyaan yang terbuka, ramah, dan relevan tentang latar belakang, minat, dan tujuan lawan bicara.
  • Memberikan informasi yang jujur, akurat, dan lengkap tentang diri kita sendiri.
  • Menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan tingkat ketidakpastian, seperti tatap muka, telepon, atau email.
  • Mencari informasi tambahan dari sumber lain, seperti media sosial, website, atau rekomendasi.
  • Menggunakan strategi adaptasi, seperti konformitas, kompromi, atau akomodasi untuk menyesuaikan diri dengan norma, nilai, dan harapan lawan bicara.

Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor pada tahun 1973. Teori ini menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penetrasi sosial antara dua atau lebih orang yang saling membuka diri dan mengungkapkan informasi pribadi yang semakin dalam dan intim.

Penetrasi sosial dapat mempengaruhi kualitas, kedalaman, dan kelangsungan hubungan. Dengan demikian, orang cenderung mempertimbangkan manfaat dan biaya dari penetrasi sosial sebelum memutuskan untuk melanjutkan atau mengakhiri hubungan.

Dalam hubungan kerja, penetrasi sosial dapat membantu kita untuk meningkatkan keakraban, kepercayaan, dan loyalitas dengan rekan kerja, atasan, dan klien yang sudah kita kenal atau bekerja sama dalam waktu lama. Hal ini bisa dilakukan dengan cara-cara berikut:

  • Mengungkapkan informasi pribadi yang sesuai dengan tingkat kedekatan hubungan, seperti hobi, keluarga, atau masalah.
  • Mendengarkan dengan empati, aktif, dan responsif terhadap pengungkapan lawan bicara.
  • Menjaga kerahasiaan, kejujuran, dan konsistensi informasi yang diungkapkan.
  • Menghindari topik yang sensitif, kontroversial, atau menyinggung lawan bicara.
  • Menggunakan humor, cerita, atau metafora untuk menyampaikan informasi yang sulit atau menyenangkan.
Baca juga  Tantangan yang Akan Dihadapi oleh Manajer di Masa Depan, Jadi Siapkan Diri ya....!!

Teori Dialektika Relasional (Relational Dialectics Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Leslie Baxter dan Barbara Montgomery pada tahun 1988. Teori ini mengutarakan bahwa komunikasi interpersonal sebagai proses dialektika relasional antara dua atau lebih orang yang mengalami kontradiksi, ketegangan, dan perubahan dalam hubungan.

Dialektika relasional merupakan pasangan konsep yang saling bertentangan tetapi saling bergantung, seperti otonomi-ketergantungan, ekspresi-privasi, dan stabilitas-perubahan. Dengan demikian, orang cenderung mencari keseimbangan, integrasi, atau rekonsiliasi antara dialektika relasional untuk mempertahankan hubungan.

Dalam hubungan kerja, dialektika relasional bisa membantu kita untuk mengelola konflik, perbedaan, dan dinamika dalam hubungan dengan rekan kerja, atasan, dan klien yang memiliki kepentingan, tujuan, dan harapan yang berbeda. Dialektika relasional dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

  • Mengakui dan menghargai adanya dialektika relasional dalam hubungan.
  • Menggunakan strategi komunikasi yang sesuai dengan situasi, seperti kompromi, kolaborasi, atau negosiasi untuk menyelesaikan ketegangan.
  • Mengadaptasi dan mengubah perilaku komunikasi sesuai dengan perkembangan hubungan.
  • Menciptakan dan mempertahankan iklim komunikasi yang positif, seperti saling menghormati, menghargai, dan mendukung.
  • Menerima dan merayakan perbedaan, keragaman, dan kreativitas dalam hubungan.

Teori Komunikasi Berasumsi Koordinatif (Coordinated Management of Meaning Theory)

Teori ini dikembangkan oleh W. Barnett Pearce dan Vernon Cronen pada tahun 1980. Teori ini menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses berasumsi koordinatif antara dua atau lebih orang yang menciptakan dan mengelola makna bersama melalui interaksi.

Berasumsi koordinatif bisa dikatakan sebagai proses di mana orang memilih, menerapkan, dan menegosiasikan aturan-aturan yang mengatur perilaku komunikasi mereka. Hal ini bisa mempengaruhi pemahaman, kesepakatan, dan kerjasama antara para komunikator.

Dalam hubungan kerja, hal ini bisa membantu kita untuk mencapai tujuan, visi, dan misi bersama dengan rekan kerja, atasan, dan klien yang memiliki latar belakang, pandangan, dan nilai yang berbeda. Cara yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

  • Mengidentifikasi dan memahami konteks, tujuan, dan harapan komunikasi.
  • Memilih dan menerapkan aturan-aturan yang sesuai dengan konteks, tujuan, dan harapan komunikasi, seperti aturan etika, sopan santun, atau profesionalisme.
  • Menegosiasikan dan menyesuaikan aturan-aturan yang ada atau menciptakan aturan-aturan baru jika terjadi ketidaksesuaian atau konflik.
  • Menciptakan dan menyampaikan pesan yang jelas, koheren, dan konsisten dengan aturan-aturan yang disepakati.
  • Menerima dan memberikan umpan balik yang konstruktif, kritis, dan kreatif untuk memperbaiki dan memperkaya makna bersama.
Baca juga  Mencapai Kesuksesan dengan Memilih Sumber Daya Manusia Berkualitas

Kesimpulan

Komunikasi interpersonal adalah keterampilan yang sangat penting dalam dunia kerja. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi kinerja, motivasi, kepuasan, dan kesejahteraan karyawan.

Dengan memahami dan menerapkan teori-teori komunikasi interpersonal, kita dapat meningkatkan kualitas, kedalaman, dan kelangsungan hubungan kerja dengan rekan kerja, atasan, dan klien.

Sejumlah teori komunikasi interpersonal yang populer yaitu teori koordinasi interaksi, teori penurunan ketidakpastian, teori penetrasi sosial, teori dialektika relasional, dan teori komunikasi berasumsi koordinatif.

Teori-teori ini dapat membantu kita untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih efektif dan efisien, serta mengelola konflik, perbedaan, dan dinamika dalam hubungan kerja. Dengan demikian, kita dapat menciptakan hubungan kerja yang harmonis, kooperatif, dan produktif.

Iklan

Melalui buku ini, Anda akan belajar bagaimana Membangun kekayaan Melalui Investasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *