Sebagai investor, tentu Anda telah mengenal teori investasi yang satu ini, dimana teori ini berbasis dividen yang dibayarkan kepada investor. Secara sederhana, Dividend Discount Model (DDM) merupakan salah satu metode penilaian fundamental yang digunakan dalam analisis saham untuk menentukan nilai wajar suatu saham berdasarkan estimasi arus kas masa depan yang diterima investor dalam bentuk dividen.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai suatu saham sama dengan nilai diskon dari arus kas masa depan yang diperoleh dari dividen. Dalam prakteknya, DDM digunakan untuk menentukan apakah suatu saham dihargai dengan benar atau tidak di pasar.
Apabila harga pasar lebih rendah dari nilai wajarnya, maka saham tersebut dianggap undervalued dan layak dibeli. Sebaliknya, apabila harga pasar lebih tinggi dari nilai wajarnya, maka saham tersebut dianggap overvalued dan layak dijual.
Seperti apa pembahasan dan Ilustarsinya, yuk kita simak pembahasan berikut ini ya…
Daftar isi
Definisi DDM (Ilustrasi & Pendapat Ahli)
Dividend Discount Models (DDM) adalah salah satu metode valuasi yang digunakan dalam analisis fundamental saham. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa nilai intrinsik suatu saham adalah present value dari seluruh dividen yang akan diterima investor di masa depan. Dalam DDM, dividen yang diharapkan dari saham diestimasi dan diskon ke nilai saat ini menggunakan tingkat pengembalian yang diharapkan investor.
Ada dua jenis DDM: model konstan (constant dividend growth model) dan model variabel (variable dividend growth model). Model konstan diasumsikan bahwa dividen akan tumbuh pada tingkat yang konstan dari waktu ke waktu, sementara model variabel memperhitungkan fluktuasi tingkat pertumbuhan dividen dari waktu ke waktu.
DDM dapat membantu investor mengevaluasi apakah suatu saham diperdagangkan dengan harga yang wajar atau tidak. Namun, DDM memiliki beberapa asumsi penting, termasuk asumsi bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan investor dan tingkat pertumbuhan dividen akan tetap konstan di masa depan, yang tidak selalu terjadi dalam praktiknya. Oleh karena itu, DDM sebaiknya digunakan bersama dengan analisis fundamental dan teknikal lainnya dalam pengambilan keputusan investasi.
Dividend discount models (DDM) adalah teori penilaian saham yang menghitung nilai wajar saham dengan menggunakan arus kas dividen yang diantisipasi di masa depan. Berikut adalah pandangan dari beberapa ahli mengenai DDM:
Benjamin Graham: Seorang investor terkenal yang dianggap sebagai bapak investasi nilai (value investing) menyatakan bahwa DDM dapat digunakan untuk menilai saham jika investor dapat mengidentifikasi perusahaan yang memiliki kestabilan dalam pembayaran dividen dan pertumbuhan yang konsisten.
John Burr Williams: Seorang ekonom yang menyumbang konsep DDM dalam bukunya “The Theory of Investment Value” pada tahun 1938. Dia menyatakan bahwa nilai wajar suatu saham adalah nilai sekarang dari seluruh arus kas dividen yang diharapkan akan diterima investor di masa depan.
Myron J. Gordon dan Eli Shapiro: Dalam makalah mereka “Capital Equipment Analysis: The Required Rate of Profit” pada tahun 1956, Gordon dan Shapiro memperkenalkan model DDM yang menambahkan faktor pertumbuhan pada rumus DDM Williams. Model mereka dikenal sebagai Model Gordon atau Model Dividen Konstan Bertumbuh.
Franco Modigliani dan Merton Miller: Dalam artikel mereka “The Cost of Capital, Corporation Finance and the Theory of Investment” pada tahun 1958, Modigliani dan Miller menyarankan bahwa nilai saham dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang arus kas yang akan diterima, bukan hanya arus kas dividen.
Kesimpulannya, DDM telah berkembang sejak pertama kali diperkenalkan oleh John Burr Williams pada tahun 1938, dan banyak ahli telah mengajukan kontribusi mereka untuk memperbaiki dan mengembangkan model tersebut.
Ilustrasi Teori Dividen Discount Models
Mari kita bayangkan bahwa kamu ingin membeli saham sebuah perusahaan yang diperdagangkan di bursa saham. Pertama, kamu harus memperhatikan kinerja perusahaan, kondisi pasar, dan potensi pertumbuhan perusahaan ke depannya. Kemudian, kamu memperkirakan pendapatan yang akan diterima dari investasi tersebut.
Salah satu cara untuk menilai apakah saham tersebut undervalued atau overvalued adalah dengan menggunakan teori dividen discount models. Teori ini memperhitungkan nilai wajar saham dengan cara menghitung nilai sekarang dari semua dividen yang akan diterima investor dari saham tersebut di masa depan.
Misalnya, jika sebuah perusahaan diperkirakan akan membayar dividen sebesar Rp1.000 per tahun selama 10 tahun ke depan dan tingkat diskonto yang dipakai adalah 10%, maka nilai sekarang dari seluruh dividen tersebut adalah:
Rp1.000 / (1 + 0,10)^1 + Rp1.000 / (1 + 0,10)^2 + … + Rp1.000 / (1 + 0,10)^10 = Rp4.162,72
Jika harga saham tersebut di pasar saham hanya Rp3.000, maka saham tersebut dianggap undervalued karena nilai sekarang dari seluruh dividen yang akan diterima investor lebih besar dari harga saham tersebut di pasar.
Namun, penting untuk diingat bahwa teori ini hanya memberikan gambaran kasar dari nilai wajar sebuah saham dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti risiko pasar, kondisi ekonomi, atau kinerja perusahaan di masa depan. Oleh karena itu, perlu untuk melakukan analisis yang komprehensif sebelum membuat keputusan investasi.
Keunggulan Metode DDM
Mari kita lihat beberapa keunggulan dari metode Dividend Discount Model (DDM):
- Mudah dipahami: DDM adalah salah satu metode valuasi saham yang sederhana dan mudah dipahami. Anda hanya perlu menghitung nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diperkirakan.
- Berfokus pada pendapatan dividen: DDM memberikan fokus pada pendapatan dividen yang dihasilkan oleh saham. Hal ini membuat metode ini cocok digunakan untuk investor yang mencari penghasilan tetap dari investasi mereka.
- Memperhitungkan faktor waktu: DDM memperhitungkan faktor waktu dengan memberikan nilai lebih kepada arus kas yang diterima saat ini. Hal ini membuat metode ini lebih akurat dalam menghitung nilai sekarang dari arus kas masa depan.
- Berguna untuk investasi jangka panjang: DDM sangat berguna bagi investor jangka panjang yang mencari investasi dengan tingkat pengembalian yang stabil dan dapat diandalkan dari tahun ke tahun.
- Dapat disesuaikan dengan berbagai faktor: DDM dapat disesuaikan dengan berbagai faktor seperti tingkat pertumbuhan pendapatan, tingkat inflasi, dan risiko investasi untuk menghasilkan perkiraan yang lebih akurat.
Meskipun DDM memiliki keunggulan-keunggulan di atas, namun Anda juga perlu memperhatikan kelemahan dari metode ini serta mempertimbangkan penggunaannya secara bijak dalam pengambilan keputusan investasi.
Kelemahan Metode DDM
Sebagai metode valuasi saham, DDM juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
Bergantung pada estimasi: DDM sangat bergantung pada estimasi arus kas masa depan dan tingkat diskonto. Jika estimasi ini salah, maka valuasi saham yang dihasilkan juga akan salah.
Tidak mempertimbangkan faktor eksternal: DDM hanya mempertimbangkan arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan dan tidak mempertimbangkan faktor eksternal seperti kondisi pasar, ekonomi, atau persaingan yang mungkin memengaruhi kinerja perusahaan di masa depan.
Tidak cocok untuk perusahaan yang tidak membayar dividen: DDM hanya cocok untuk perusahaan yang membayar dividen secara teratur. Jika perusahaan tidak membayar dividen, maka DDM tidak dapat digunakan sebagai metode valuasi.
Tidak mempertimbangkan pertumbuhan tidak stabil: DDM diasumsikan bahwa pertumbuhan dividen stabil, namun jika pertumbuhan tidak stabil, maka DDM tidak dapat memberikan valuasi yang akurat.
Tidak cocok untuk perusahaan yang kekurangan modal: DDM tidak cocok untuk perusahaan yang membutuhkan modal tambahan untuk membiayai pertumbuhan mereka. Karena DDM hanya mempertimbangkan dividen yang dibayarkan, perusahaan yang mengalami kekurangan modal dan tidak membayar dividen yang cukup tinggi dapat memberikan nilai yang salah pada DDM.
Nah, seperti kebanyakan metode analisa lainnya, metode DDM memiliki kelemahan demikian pula metode analisa lain. Jadi gak ada satupun metode yang sempurna tentu ada kelebihan dan kekurangan, untuk itu gunakan dengan bijak misalnya dengan menerapkan margin of safety, yang sudah dibahas sebelumnya.
Aplikasi DDM pada Investasi
Metode Dividend Discount Models (DDM) adalah salah satu cara untuk menilai saham yang didasarkan pada prediksi dividen masa depan. DDM mengasumsikan bahwa nilai saham sebanding dengan nilai sekarang dari seluruh dividen yang diharapkan akan dibayarkan di masa depan.
Ada beberapa jenis DDM yang digunakan dalam praktek. Model DDM paling sederhana, yang dikenal sebagai Model DDM Konstan, mengasumsikan bahwa dividen akan tetap konstan dari tahun ke tahun. Dalam model ini, nilai saham dihitung dengan membagi dividen dengan tingkat diskonto yang sesuai.
Sementara itu, Model DDM Bertumbuh memperhitungkan kenaikan dividen dari tahun ke tahun. Model ini mengasumsikan bahwa dividen akan tumbuh dengan tingkat yang konstan di masa depan. Untuk menghitung nilai saham dengan Model DDM Bertumbuh, dividen di tahun berikutnya harus dihitung terlebih dahulu, kemudian dinormalisasi untuk mencerminkan tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan di masa depan.
Namun, DDM memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Pertama, DDM sangat bergantung pada asumsi yang dibuat mengenai dividen dan tingkat pertumbuhan. Jika asumsi ini tidak akurat, nilai saham yang dihitung dengan menggunakan DDM dapat salah. Kedua, DDM tidak memperhitungkan faktor lain yang dapat memengaruhi harga saham seperti volatilitas pasar dan risiko bisnis.
Meskipun begitu, DDM masih menjadi salah satu metode penilaian saham yang paling umum digunakan. Para investor dapat menggunakan DDM untuk menilai apakah saham tersebut dihargai dengan benar atau tidak berdasarkan prediksi dividen yang diharapkan.
Valuasi Saham dengan DDM Bertumbuh
Untuk menghitung valuasi saham dengan metode Dividend Discount Model (DDM) bertumbuh, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
Tentukan tingkat pertumbuhan dividen (g) dengan mengacu pada data historis atau perkiraan ke depan berdasarkan analisis fundamental perusahaan.
Tentukan tingkat diskon (k) yang mencerminkan tingkat pengembalian yang diharapkan investor untuk investasi dalam saham perusahaan. Tingkat diskon dapat ditentukan dengan menggunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM) atau metode lain yang serupa.
Gunakan formula DDM bertumbuh:
V = D / (k – g)
dimana:
V = nilai wajar saham
D = dividen yang diperkirakan pada periode tertentu di masa depan
k = tingkat diskon
g = tingkat pertumbuhan dividen
Hitung nilai wajar saham menggunakan formula di atas dan perbandingkan dengan harga pasar saham. Jika nilai wajar saham lebih tinggi dari harga pasar, maka saham dianggap undervalued dan layak untuk dibeli. Sebaliknya, jika nilai wajar saham lebih rendah dari harga pasar, maka saham dianggap overvalued dan sebaiknya dihindari.
Penting untuk diingat bahwa metode DDM bertumbuh memiliki beberapa asumsi dan keterbatasan, seperti mengasumsikan bahwa tingkat pertumbuhan dividen akan tetap stabil di masa depan, serta ketidakpastian dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan diskon yang tepat. Oleh karena itu, metode ini sebaiknya digunakan sebagai alat bantu dalam analisis fundamental dan diikuti dengan analisis lainnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kelayakan investasi dalam saham perusahaan.
Kesimpulan
Sekarang kita sudah sampai pada akhir pembahasan dan saya akan memberikan ringkasan dan kesimpulan dari pembahasan ini.
Dividend Discount Model (DDM) adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai nilai saham dengan memperhitungkan nilai arus kas dividen yang diharapkan akan diterima oleh investor. DDM dapat digunakan baik untuk perusahaan yang sudah membayar dividen maupun yang belum. Dalam DDM, nilai saham dihitung dengan memproyeksikan arus kas dividen yang diharapkan akan diterima investor di masa depan, kemudian nilai tersebut di-discount dengan menggunakan suku bunga yang sesuai dengan risiko investasi.
Salah satu kelemahan DDM adalah penggunaannya yang sangat bergantung pada proyeksi arus kas dividen yang dilakukan oleh investor. Jika proyeksi arus kas dividen yang dilakukan salah, maka nilai saham yang dihitung juga akan salah. Selain itu, DDM juga tidak mempertimbangkan faktor-faktor fundamental lain seperti pertumbuhan perusahaan, persaingan industri, dan faktor ekonomi lainnya yang juga dapat mempengaruhi nilai saham.
Meskipun begitu, DDM tetap menjadi salah satu metode yang populer digunakan oleh investor dan analis keuangan untuk menilai nilai suatu saham. Dalam praktiknya, DDM dapat digunakan bersama dengan metode lain seperti Price to Earnings Ratio (PER) atau Price to Book Value (PBV) untuk memberikan analisis yang lebih lengkap terhadap valuasi suatu saham.